Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – PT Bank Permata Tbk akan merampungkan proses integrasi usaha atau merger dengan Bangkok Bank Indonesia (BBI) paling lambat akhir tahun ini. Proses ini sudah mengantongi restu dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) setelah Bangkok Bank Public Company Limited, yang merupakan induk usaha BBI, mengakuisisi 89,12 persen saham Bank Permata pada 20 Mei lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Utama Bank Permata, Ridha Wirakusumah, mengatakan, setelah merger, ada peluang untuk memperluas pemasaran produknya dengan bantuan jaringan bank terbesar Thailand itu. “Hal ini menandai tonggak baru kami untuk berkembang dan menjadi salah satu pemain terkuat di industri perbankan Indonesia,” kata dia, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sokongan permodalan Bangkok Bank akan mendongkrak status Bank Permata, dari bank umum kelompok usaha (BUKU) III menjadi BUKU IV, dengan modal inti di atas Rp 30 triliun.
Ketentuan OJK saat ini mengelompokkan bank ke dalam empat kategori, bergantung pada nilai modal inti. Modal inti Bank BUKU I kurang dari Rp 1 triliun, BUKU II Rp 1 triliun-5 triliun, BUKU III Rp 5 triliun-30 triliun, dan BUKU IV lebih dari Rp 30 triliun. Saat ini baru terdapat tujuh bank BUKU IV, termasuk PT Bank Panin Tbk dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk, yang baru naik level pada tahun lalu.
Menurut Ridha, penggabungan akan direalisasi melalui pengalihan aset berkualitas baik dan kewajiban tertentu dari BBI ke Bank Permata. Izin usaha BBI yang memiliki tiga kantor di tiga wilayah itu akan dicabut dalam dua tahun ke depan. Karyawan BBI otomatis bergabung ke Bank Permata, yang beroperasi di 62 kota di seluruh Indonesia
Manajemen Bank Permata pun berniat menggenjot layanan digital banking yang tengah meningkat pada masa pandemi Covid-19. Selama semester pertama tahun ini, kata Ridha, transaksi digital melalui fitur PermataMobile X dan PermataNet naik hingga 675 persen dibanding pada periode yang sama tahun lalu. “Basis nasabah kami akan lebih luas,” ucapnya.
Presiden Bangkok Bank sekaligus Komisaris Utama Permata Bank, Chartsiri Sophonpanich, mengatakan merger ini mendukung pertumbuhan jumlah nasabah kedua pihak. Bangkok Bank kini mengelola 17 juta rekening nasabah, termasuk dari jaringan global di negara besar, seperti Hong Kong dan Amerika Serikat.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah Redjalam, mengatakan peluang bisnis Bank Permata membaik, tapi beban semakin berat karena harus bersaing di kelas BUKU IV. “Di kelas itu tak hanya soal kekuatan pendanaan, tetapi juga pengelolaannya,” kata dia. “Butuh penguasaan teknologi yang kuat agar tidak kalah bersaing.”
Pengamat perbankan dari Universitas Gadjah Mada, Paul Sutaryono, memperkirakan Bank Permata akan banyak menyasar segmen korporasi, termasuk untuk pembiayaan proyek infrastruktur nasional. Namun Bank Permata juga masih akan menggarap segmen retail serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menjanjikan margin tebal. “Tentu ekspansi harus dihitung dengan cermat sisi untung-ruginya,” katanya.
GHOIDA RAHMAH | YOHANES PASKALIS
Integrasi Bank Permata-Bangkok Bank Selesai di Akhir Tahun
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo