Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Menperin: Industri Farmasi Akan Jadi Penggerak Utama Perekonomian

Indonesia berpotensi unggul apabila mengembangkan sektor industri farmasi, herbal, dan kosmetika karena memiliki sumber daya alam.

28 Februari 2018 | 01.06 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memberikan keterangan pers terkait kinerja tiga tahun kementrian yang dipimpinnya di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta Timur, 23 Oktober 2017. Tempo/M JULNIS FIRMANSYAH

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memprediksikan industri farmasi akan berpengaruh dalam perekonomian Indonesia. Karena itu perlu ada ketersediaan bahan baku dan penguasaan teknologi agar dapat menghasilkan produk-produk dengan inovasi baru dan bernilai tambah tinggi.

“Industri dan bahan farmasi menjadi salah satu sektor andalan yang diprioritaskan karena berperan sebagai penggerak utama perekonomian nasional di masa datang,” kata Airlangga usai meresmikan Pabrik Bahan Baku Obat dan Produk Biologi PT Kalbio Global Medika di Cikarang, Bekasi pada Selasa, 27 Februari 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Airlangga menjelaskan, pemerintah telah mencanangkan program percepatan pengembangan sektor industri farmasi melalui penerbitan Paket Ekonomi Kebijakan XI. Arahan kebijakan itu kemudian dituangkan dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan (Alkes).

“Tujuan dari Inpres tersebut adalah menciptakan kemandirian industri farmasi dan alkes nasional, sehingga masyarakat memperoleh obat dengan mudah, terjangkau, dan berkesinambungan,” kata Airlangga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Airlangga, saat ini pemerintah telah memberikan kemudahan dalam peningkatan investasi industri farmasi di Indonesia. Kemudahan itu berupa pemberian insentif fiskal serta deregulasi.

Kebijakan ini, kata Airlangga, bertujuan untuk menggenjot kapasitas dan kapabilitas sektor farmasi agar mampu memproduksi bahan baku dan obat jadi. “Juga bertujuan menjamin kemandirian obat, menghemat devisa dari impor, dan lebih berdaya saing di pasar ekspor,” kata Airlangga.

Kementerian Perindustrian mencatat bahwa industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional tumbuh sebesar 6,85 persen dan memberikan kontribusi sebesar 0,48 persen pada 2017. Demikian juga dengan nilai investasi yang meningkat sebesar 35,65 persen.

Pada tahun yang sama, penambahan investasi di sektor farmasi telah mencapai Rp5,8 triliun. Bahkan industri farmasi Indonesia telah mampu menyediakan sekitar 70 persen dari kebutuhan obat dalam negeri. “Dengan adanya penambahan investasi, terjadi pula peningkatan jumlah tenaga kerja,” ujar Airlanga.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Tektsil, dan Aneka (IKTA) Achmad Sigit Dwiwahjono mengungkapkan, industri farmasi serta produk obat kimia dan tradisional akan memberikan kontribusi pertumbuhan paling tinggi di sektor IKTA pada 2018, yakni mencapai 6,38 persen.

Menurut Achmad, Indonesia berpotensi unggul apabila mengembangkan sektor industri farmasi, herbal, dan kosmetika karena memiliki sumber daya alam yang mampu mendukung proses produksi. Terlebih Indonesia akan berkerja sama dengan Singapura dalam penetapan standar dan keamanan produk herbal agar bisa lebih bersaing di tingkat global.

 

 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus