Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Presiden Abdurrahman Wahid sebetulnya sudah mencoba membuka jalur hubungan perdagangan antarpemerintah dengan Israel pada masa-masa awal kepemimpinannya. Salah satu pertimbangannya adalah Israel memiliki lobi kuat di Amerika Serikat dan lembaga-lembaga keuangan internasional. Diharapkan, pembukaan hubungan dagang itu akan membantu Indonesia mengatasi kesulitan ekonomi. Tapi upaya itu ditentang banyak kalangan di sini, sehingga akhirnya ditunda. "Kita menunggu saat yang tepat untuk meneruskan upaya tersebut," kata Menteri Luar Negeri Alwi Shihab.
Kendati demikian, pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid tak benar-benar mundur dari rencananya tersebut. Pada Februari 2000, Jusuf Kalla, Menteri Perindustrian dan Perdagangan ketika itu, sudah mencabut pembatasan perdagangan dengan Israel dan sejumlah negara seperti Taiwan dan RRC. Otomatis, hubungan dagang langsung dengan negara-negara tersebut sudah dibolehkan kendati pemerintah Indonesia sendiri belum melakukannya.
Keputusan Jusuf Kalla itu sudah cukup bagi para pengusaha untuk membuka hubungan dagang langsung. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) kedua negara sudah saling mengunjungi. Mei lalu, delegasi Kadin Indonesia melakukan safari ke Israel, Palestina, dan Yordania. Empat perusahaan Israel juga sudah ikut pameran produk pertanian di Jakarta dua pekan lalu. "Bahkan, saat ini produk pupuk dari Israel senilai US$ 1,5 juta sedang dalam perjalanan menuju Surabaya," kata Oren Tamari, Atase Perdagangan Israel di Singapura.
Selama ini, hubungan dagang kedua negara hanya bisa dilakukan melalui negara ketiga. Yang paling banyak menikmati tidak adanya hubungan dagang itu adalah Singapura dan nilai perdagangannya pun lumayan besar. Pada 1998 lalu, Indonesia mengimpor barang senilai US$ 12,4 juta dari Israel. Sementara itu, ekspor Indonesia jauh lebih besar. Pada 1988, misalnya, ekspor tak langsung Indonesia ke Israel mencapai hampir US$ 1 miliar. Tapi, sejak 1989 sampai sekarang, tak ada lagi catatan perdagangan tidak langsung antara Indonesia dan Israel. Ketua Kadin Indonesia, Aburizal Bakrie, pernah menyebutkan bahwa perdagangan tidak langsung Indonesia-Israel dalam tiga tahun terakhir mencapai sekitar US$ 500 juta. Jumlah yang lumayan besar.
Peluang besar itulah yang dilihat pengusaha kedua negara. Menurut Ketua Divisi Internasional Kadin Israel, Mandy Barak, peluang perdagangan kedua negara memang sangat besar. Dia mencontohkan ekspor Israel ke Indonesia secara tidak langsung, yang selama ini hanya berkisar belasan juta dolar. Padahal, jika hubungan dagang dibuka lebar-lebar, ekspor Israel ke Indonesia bisa mencapai US$ 2 miliar.
Tak cuma Israel yang diuntungkan. Mandy mengatakan bahwa peluang Indonesia mengekspor produknya ke Israel juga terbuka lebar karena Israel adalah salah satu negara pengimpor terbesar di dunia. Setiap tahunnya, dengan penduduk hanya 6,1 juta jiwa, Israel mengimpor paling kurang US$ 34 miliar. Indonesia, yang berpenduduk 210 juta, hanya mengimpor US$ 40-50 miliar per tahun.
Beberapa jenis barang yang sangat dibutuhkan Israel antara lain produk garmen, elektronik, batu bara, kayu, dan beberapa produk unggulan Indonesia lain. Sementara itu, Indonesia bisa mendapatkan produk berteknologi tinggi seperti peralatan komunikasi, satelit, sistem diagnosa lingkungan, sampai perlengkapan luar angkasa. Sektor pertanian Israel juga dikenal sangat maju. "Kalau kita bisa mendapatkan suku cadang yang harganya sama dengan Cina tapi kualitasnya lebih baik, kenapa tidak?" ujar Hatanto Reksodipoetro, Dirjen Kerja Sama Lembaga Industri dan Perdagangan Internasional Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
Yang menarik, Indonesia bisa memanfaatkan kerja sama Yordania dengan Israel yang sudah membentuk Qualifying Industrial Zone. Dari kawasan industri inilah Yordania bisa mengekspor produknya ke Amerika Serikat tanpa terkena bea masuk dan kuota. Nah, Indonesia, yang sering kepentok dalam soal kuota tekstil dengan AS, bisa memasukkan produknya ke AS melalui kawasan industri tersebut. "Syaratnya, harus ada komponen buatan Israel dan dengan cap Israel," kata Ketua Delegasi Kadin Indonesia ke Israel, Soy Martua Pardede.
Nah, ada gula ada semut. Dan salah satu pengusaha yang cekatan mengendus "gula" Israel itu adalah Marimutu Sinivasan. Pemilik kelompok usaha Grup Texmaco ini kabarnya sudah menjajaki kemungkinan memasukkan tekstil dan garmen ke AS melalui Israel. Tak cuma itu. Sinivasan juga sedang melobi untuk bisa mengekspor truk Perkasa ke AS. "Texmaco memang sudah menjajaki, tapi hasilnya belum ketahuan," kata Pardede. Sinivasan hanya salah satu. Menurut Pardede, banyak pengusaha yang juga antre ingin masuk ke Israel.
Namun, belum adanya hubungan diplomatik membuat upaya membuka hubungan dagang secara langsung itu masih tersendat. Kendala berat, misalnya, soal seretnya perizinan bagi pengusaha Israel yang ingin ke Indonesia. Oren Tamari mencontohkan betapa sedikitnya pengusaha Israel yang bisa ikut pameran pertanian di Jakarta. "Dari 10-20 yang berminat, cuma 4 yang diizinkan," katanya. Menurut dia, susahnya perizinan itu bisa menjadi masalah serius dalam upaya meningkatkan perdagangan kedua negara. "Kadang kami berpikir sangat mudah ke AS, kenapa harus repot-repot ke Indonesia," tambahnya.
Mahalnya visa juga jadi kendala tersendiri. Bayangkan saja, biaya visa bagi pengusaha Israel yang hendak ke Indonesia mencapai US$ 220. Bandingkan dengan pengusaha Eropa dan Timur Tengah yang cuma dikutip US$ 50. Sementara itu, penduduk Israel sendiri masih dilarang keras datang ke Indonesia, sehingga tidak memungkinkan menarik mereka datang ke Indonesia sebagai turis. Padahal, peluang untuk itu sangat terbuka lebar karena Israel punya pendapatan per kapita yang sangat tinggi, yakni US$ 17 ribu.
Kendala paling besar, ya, soal politik. Sejumlah kalangan belum rela Indonesia menjalin hubungan diplomatik, bahkan hubungan dagang sekalipun. Ketua Komisi I DPR RI, Yasril Ananta Baharuddin, termasuk yang paling keras menentang hubungan dagang tersebut. Menurut dia, hubungan dagang dengan Israel tidak bisa dibuka sebelum Palestina merdeka. "Kalaupun barang kita cuma numpang lewat di Israel, tetap saja itu masuk kategori hubungan dagang langsung. Itu ilegal," kata anggota DPR dari Golkar ini.
Pendapat Yasril langsung dibantah oleh Menteri Alwi. Menurut dia, Indonesia secara resmi tetap belum membuka hubungan dagang dengan Israel. Perdagangan yang ada selama ini hanya dilakukan oleh para pengusaha, bukan antarpemerintah (G to G). "Kita tetap tidak akan membuka hubungan diplomatik atau hubungan dagang kalau belum ada penyelesaian yang adil bagi konflik Israel-Palestina," katanya. Alwi menambahkan bahwa Indonesia tetap menunggu hasil perundingan Camp David. "Kalau Yasser Arafat (Presiden Otoritas Palestina) berhasil dalam perundingan damai dan ada deklarasi negara Palestina, yang mungkin September nanti, kita akan mengikutinya," tambahnya.
Jika hasil Camp David oke untuk Palestina, sikap Indonesia terhadap Israel boleh jadi bisa berubah. Dan urusan dagang bisa lebih lancar. Apalagi, pengusaha Israel tampaknya betul-betul sudah ingin menjalin hubungan dagang dengan Indonesia. Mereka pun tetap yakin bahwa pembukaan hubungan itu tidak akan lama lagi. "Presiden Wahid orang yang pragmatis dan dia sangat terkenal di Israel karena memimpin Shimon Peres Foundation," kata Mandy Barak.
Jadi, pengusaha Indonesia mesti sabar menunggu hasil Camp Daviditu pun jika pemerintah tak gentar lagi didemo kalangan anti-Israel di sini.
M. Taufiqurohman, Purwani D. Prabandari, Dewi Rina Cahyani, Darmawan Sepriyossa
EKSPOR INDONESIA KE ISRAEL
(Dalam ribuan dollar AS)
Komoditi | 1996 | 1997 | 1998 | 1999 | 2000 (triwulan I) |
Bahan optik | 0 | 0 | 5,4 | 36,4 | 1,4 |
Makanan dan hasil pertanian | 51,5 | 31,1 | 113,0 | 683,6 | 334,6 |
Batu bara | 0 | 16.186,4 | 0 | 6.446,6 | 5.257,2 |
Produk kimia, termasuk farmasi | 10,4 | 172,3 | 306,3 | 0 | 2,4 |
Karet dan plastik | 1.144,3 | 23,8 | 129,7 | 788,4 | 194,7 |
Plastik | 400,5 | 0,1 | 129,7 | 189,4 | 0 |
Tekstil | 702,4 | 366,0 | 1.436,3 | 162,2 | 22,5 |
Base metal | 1,4 | 0 | 0,2 | 78,4 | 0 |
Mesin dan peralatan elektronik | 85,7 | 7,9 | 575,0 | 2.162,4 | 529,7 |
Peralatan elektronik | 85,3 | 2,1 | 486,4 | 1.849,1 | 392,7 |
Lain-lain | 36,5 | 39,1 | 1024,6 | 1903,7 | 772,2 |
Total | 2.024,1 | 16.827 | 3.591,1 | 12.762,4 | 7.115,1 |
IMPOPR INDONESIA DARI ISRAEL
(Dalam ribuan dolar AS)
Komoditi | 1996 | 1997 | 1998 | 1999 | 2000 (triwulan I) |
Makanan dan hasil Pertanian | 0 | 25,3 | 0 | 64,4 | 61,9 |
Produk kimia, terutama farmasi | 2.123,5 | 2.693,7 | 1.936,5 | 4.018,5 | 1.618,1 |
Karet dan plastik | 46,9 | 199,7 | 58,3 | 2,2 | 0 |
Tekstil | 0 | 0 | 0 | 0,8 | 45,9 |
Metal | 28,0 | 371,1 | 55,4 | 387,5 | 258,2 |
Mesin, terutama peralatan elektronik | 3.053,9 | 9.025,2 | 631,4 | 3.401,1 | 426,2 |
Lain-lain | 189,7 | 226,1 | 26,4 | 24,1 | 99,7 |
Total | 5.442,2 | 12.541,4 | 2.708,3 | 7.898,9 | 2.510,2 |
Sumber: Kedubes Israel di Singapura
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo