Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Pangkalpinang - Ratusan nelayan di Perairan Toboali, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, menolak masuknya aktivitas tambang timah laut oleh CV TR. Mereka meminta pengusaha angkat kaki lantaran kegiatan tambang tersebut mengancam mata pencaharian di sektor perikanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Perlu saya sampaikan bahwa penolakan ini bukan terkhusus H (pengusaha yang terafiliasi dengan CV TR), melainkan segala bentuk pertambangan yang mengancam kelestarian laut kami," ujar Ketua Kelompok Nelayan Batu Perahu, Joni Zuhri, kepada Tempo, Ahad, 5 Juni 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Joni, lokasi yang akan ditambang pengusaha H merupakan wilayah tangkap nelayan. Selain itu, sebelum ada jalan penghubung di darat, segala aktivitas mobilisasi masyarakat melewati perairan Bangka Selatan tersebut.
“Di situ juga merupakan sumber nelayan mencari bahan baku membuat terasi," ujar dia.
Joni melanjutkan, pihaknya tidak pernah menerima sosialisasi secara resmi dari pihak perusahaan ihwal pertambangan. Malahan, perusahaan terkesan tertutup perihal berbagai informasi tambang tersebut.
Nelayan pun mempertanyakan izin tambang yang dikantongi perusahaan. "Kalau disebut izin sudah ada, kita juga tidak tahu seperti apa izinnya dan kapan berakhirnya," ujar dia.
Meski demikian, Joni memastikan kondisi di sekitar Perairan Toboai telah kondusif. Baru-baru ini, ponton isap produksi (PIP) yang sempat masuk ke wilayah perairan ditarik ke tepi pantai.
Adapun Kapolres Bangka Selatan Ajun Komisaris Besar Joko Isnawan mengatakan nelayan sudah kembali menjalankan aktivitas di laut untuk mencari ikan. "Giat masyarakat normal di sekitaran Tanjung Ketapang, Batu Perahu, Merbau, Temayang dan Rias. Kesepakatan terakhir tidak ada aktivitas pertambangan," ujar dia.
SERVIO MARANDA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.