Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Kementerian Perhubungan berupaya memangkas kepadatan rute gemuk kapal penyeberangan dengan mengalihkannya ke trayek perintis. Direktur Transportasi Sungai, Danau, dan Penyeberangan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Chandra Irawan, mengatakan tengah menggenjot infrastruktur di berbagai rute sepi untuk memikat operator kapal. "Kadang mereka belum mau masuk jika fasilitasnya belum memadai," kata dia kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ini, kata Chandra, trayek perintis diisi armada yang dibiayai subsidi pemerintah. Jika merujuk ke data statistik transportasi pada akhir tahun lalu, terdapat 222 rute yang mendapat total alokasi subsidi sebesar Rp 366,3 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Chandra menyebutkan lima rute kecil yang paling berpotensi dikembangkan agar bisa diisi operator swasta. Dia memberi contoh trayek Raha-Pure di Sulawesi Tenggara. "Sempat kami beri dermaga lagi," ujarnya. Dua dermaga trayek Raha-Pure di Kabupaten Muna itu dikembangkan selama empat tahun terakhir dengan investasi mencapai lebih dari Rp 142 miliar. Terdapat 24 dermaga penyeberangan yang dibangun Kementerian selama lima tahun terakhir. "Kami akan tambah di beberapa lokasi baru dengan anggaran 2020."
Sambil mengembangkan fasilitas, kata Chandra, pemerintah menutup izin penambahan kapal di rute gemuk.
Penertiban volume trayek penyeberangan direncanakan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat baru dilantik di kabinet baru Presiden Joko Widodo, Rabu lalu. Jalur yang terlampau padat, seperti Merak (Banten)-Bakauheni (Lampung), kata dia, tak efisien karena jumlah kapal yang jauh melampaui tampungan operasi dermaga. Kuota yang tak terkontrol pun memicu antrean kapal. "Kalau sekarang, kapalnya 30 dan (trayek) cukup 20. Yang 10 pindah ke tempat lain, bukan dengan menambah dermaga," ucap Budi.
Dengan total volume 17 juta trip sepanjang tahun lalu, saat ini terdapat 71 unit kapal yang beroperasi di Merak-Bakauheni. Namun, karena penjadwalan penggunaan dermaga, hanya 27 unit kapal yang bisa melayani penumpang dalam satu hari.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gapasdap), Aminuddin Rifai, mengatakan kondisi kelebihan pasok kapal pun terjadi di empat rute sekitar Indonesia bagian tengah, dari Ketapang-Gilimanuk, Padangbai-Lembar, Kayangan-Pototano, hingga Bajoe-Kolaka. Antrean penggunaan dermaga membuat setiap kapal hanya beroperasi maksimal 10 hari dalam sebulan. "Padahal masih ada trayek di timur yang justru kekurangan kapal," ucapnya.
Manajer Usaha dan Pelabuhan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak-Bakauheni, Rudy Mahmudi, menilai penjadwalan kapal sudah dibagi secara adil oleh Balai Pengelola Transportasi Darat. Di Merak-Bakauheni, ASDP memiliki delapan kapal yang hampir semuanya berukuran 5.000 gross tonnage ke atas. Menurut Rudy, kapal kecil sudah tak boleh dipakai di situ, sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 88 Tahun 2014. YOHANES PASKALIS
Pemerintah Alihkan Kapal ke Rute Perintis
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo