Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Pemerintah Pertimbangkan Proyek Tanggul Laut Raksasa Masuk PSN

Pemerintah tengah mengkaji proyek tanggul laut raksasa atau giant sea wall masuk sebagai PSN.

8 Februari 2024 | 00.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Warga berjalan di tanggul laut yang masih dalam tahap penyelesaian di kawasan Kampung Bahari Tambaklorok, Tanjung Mas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis 1 Februari 2024. Menurut data yang dihimpun Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana di bawah kendali Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), progres pembangunan tanggul laut sepanjang 1,5 kilometer dengan ketinggian 3 meter per Rabu (31/1) mencapai 62 persen, dengan target penyelesaian pada Juni 2024 guna melindungi permukiman warga dari gelombang serta banjir limpasan pasang air laut ke daratan (rob). ANTARA FOTO/Aji Styawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Wahyu Utomo mengatakan, pemerintah tengah mengkai proyek tanggul laut raksasa atau giant sea wall masuk dalam proyek strategis nasional atau PSN.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Giant sea wall belum masuk PSN, masih harus perlu dikaji lebih komprehensif lagi. Beda kalau tanggul pantai di bibir pantai saja," ujar Wahyu di kantornya di daerah Lapangan Banteng, Jakarta Pusat pada Rabu, 7 Februari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia mengatakan, tanggul yang saat ini dibangun adalah tanggul pantai, bukan tanggul laut seperti giant sea wall. Jakarta menurut Wahyu sebetulnya membutuhkan keduanya agar mampu mencegah penurunan permukaan tanah. Namun, dia menyebut memang ada tahapan yang mesti dilalui.

"Tanggul di pantai dulu. Kalau tidak bisa menahan banjir bah, mungkin (baru) akan dibuat tanggul laut seperti di Belanda dan Korea Selatan," ujar dia.

Dia menjelaskan, pembangunan tanggul pantai saat ini untuk menahan laju penurunan permukaan tanah Jakarta. Memang menahan laju permukaan tanah cukup dengan mengurangi penggunaan air tanah. Akan tetapi, kondisi penurunan permukaan tanah di Ibu Kota sudah ekstrem dan membutuhkan penanganan yang lebih seperti pembangunan tanggul pantai.

Wahyu menambahkan, kondisi penurunan permukaan tanah juga terjadi di sejumlah desa di sepanjang Pantura. Contohnya banjir rob yang merendam empat ribu rumah dan 275 hektare lahan pertanian di Demak, Jawa Tengah bulan lalu.

"Selama 10 tahun terakhir, bibir pantai hilang hingga 200 meter," ujar Wahyu.

Mengingat kondisi itu, kata Wahyu, proyek giant sea wall selanjutnya harus diprioritaskan oleh pemerintah. Dinding laut tersebut perlu sebagai upaya perlindungan aset negara dan swasta yang ada di sepanjang Pantura. Mulai dari jalan, jalur rel kereta, hingga kawasan perkotaan. 

"Giant sea wall harus jadi proyek yang prioritas karena dampaknya sangat besar terhadap perekonomian. Kalau kita melakukan pendekatan itu kita sekaligus melakukan perbaikan dari urban-urban yang ada di Pantura," ujarnya.

Sebelumnya bos wahyu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menggelar seminar yang membahas pentingnya proyek tersebut. Airlangga menyebut GSW akan melindungi perekonomian dan kelangsungan hidup 50 juta penduduk Pantura.

Menteri Pertahanan sekaligus calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, juga hadir sebagai pembicara kunci dalam seminar tersebut. Prabowo mengatakan pembangunan giant sea wall dapat menjadi jawaban atas fenomena kenaikan permukaan laut, hilangnya  tanah, dan sekaligus juga menjadi jawaban atas kualitas hidup sebagian rakyat Indonesia yang masih mengenaskan. Airlangga, ketua umum Partai Golkar, sendiri tergabung dalam koalisi yang mengusung Prabowo sebagai capres.  

ANNISA FEBIOLA 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus