Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Pengelolaan Blok Rokan akan Tambah Pendapatan Negara USD 784 juta

Kementerian Keuangan memperkirakan potensi pendapatan negara akan bertambah mencapai USD 784 juta dari pengelolaan Blok Rokan oleh Pertamina.

15 Agustus 2018 | 07.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kontrak Chevron Habis 2021, Ini Syarat Pengelolaan Blok Rokan. TEMPO/Riyan Nofitra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani memperkirakan potensi pendapatan negara akan bertambah mencapai US$ 784 juta dari pengelolaan Blok Rokan oleh Pertamina. Angka tersebut setara dengan sekitar Rp 11 triliun dengan asumsi rupiah Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Askolani pendapatan negara tersebut oleh Pertamina ini berasal dari fee awal atau signature bonus yang dilakukan sebagai tanda pengelolaan Blok Rokan. "Potensi pemasukan negara akan masuk US$ 784 juta, tapi pembayaran fee awalnya oleh pada tahun ini dalam bentuk PNBP (penerimaan negara bukan pajak)," kata Askolani di Direktorat Jenderal Pajak, Selasa, 14 Agustus 2018.

Saat ini Blok Rokan masih dikelola PT Chevron Pacific Indonesia. Namun, pada 2021 mendatang kontrak dengan pemerintah Indonesia tak lagi bisa diperpanjang.

Sebelumnya keputusan penyerahan Blok Rokan terbit setelah Pertamina dan Chevron bersaing dalam proposal pengelolaan yang diajukan sejak bulan lalu. Menurut Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar, Pertamina lebih unggul dalam hal besaran bonus tanda tangan sebesar US$ 784 juta dan komitmen kerja pasti sebesar US$ 500 juta.

Saat ini kata Arcandra, pemerintah sudah menyepakati syarat dan ketentuan operasi blok bersama Pertamina. Bagi hasilnya, Arcandra berujar, dibagi secara bruto melalui skema gross split. Untuk lapangan Duri Pertamina berhak mendapat 65 persen jatah minyak dan 70 persen gas. Sedangkan di lapangan selain Duri, korporasi memperoleh bagian 61 persen minyak dan 66 persen gas.

Dia menuturkan, pemerintah memberi jatah lebih besar di lapangan Duri karena minyaknya tergolong heavy crude oil yang banyak mengandung logam dan belerang sehingga keekonomiannya lebih rendah. "Lapangan Duri karakternya berbeda dibanding lapangan lain karena heavy oil. Makanya splitnya berbeda," tutur Arcandra.

Baca berita tentang Blok Rokan di Tempo.co.

ROBBY IRFANY

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus