Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden (Capres) nomor urut tiga Ganjar Pranowo menyebut Indonesia sudah memiliki pabrik telepon genggam atau handphone (HP) yang berada di Semarang, Jawa Tengah. Hal itu disampaikan ketika menanggapi pernyataan Capres nomor urut dua Prabowo Subianto yang mengatakan Indonesia harus mendirikan pabrik ponsel sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kita punya industri swasta untuk gadget (gawai), pabriknya ada di Semarang, harganya terjangkau, lebih murah. Kalau itu bisa masuk e-katalog, itu bisa membantu,” kata Ganjar saat debat final Capres yang diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan. Jakarta, Ahad, 4 Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ganjar menjelaskan alternatif untuk menangani persoalan teknologi informasi di Tanah Air, termasuk pembangunan pabrik HP. Dia mengatakan terdapat PT Len Industri (Persero) yang siap memproduksi barang-barang elektronik.
“Atau yang kedua, kita bisa menugaskan kepada PT Len Industri (Persero). Kalau gak salah dulu akan dibuat ini, satu komputer, satu laptop seharga maksimum Rp 1 juta. Sayang kalau ini tidak kita pastikan tanpa penugasan pemerintah, maka ini tidak akan pernah selesai,” ucap mantan Gubernur Jawa Tengah itu.
Profil PT Len Industri
Dilansir dari situs resminya, PT Len Industri (Persero) mendeskripsikan diri sebagai perusahaan yang bergerak di bidang elektronika untuk industri dan prasarana. Perseroan itu didirikan pada 7 Oktober 1991 yang mempunyai kantor pusat di Jalan Soekarno Hatta 442 Bandung, Jawa Barat.
PT Len Industri berasal dari Lembaga Elektroteknika Nasional (LEN) yang berdiri pada 1965, yang merupakan salah satu unit penelitian dan pengembangan di lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). PT Len Industri mencakup usaha di bidang elektronika, telekomunikasi, tenaga listrik, dan komponennya.
Kemudian, Len Industri menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai entitas bisnis sejak 1991. Perubahan status itu bertepatan dengan percepatan industri dan bisnis di Indonesia yang dipicu oleh investasi besar-besaran akibat sebuah gerakan yang dimulai pada awal 1990-an.
Di awal operasionalnya sebagai BUMN, PT Len Industri menghadapi tantangan utama berupa perubahan jalur usaha, dari semula sebagai institusi penelitian menjadi sebuah entitas bisnis profesional. Pada 1991-2001, perusahaan dipercaya untuk bertindak sebagai kontraktor utama instalasi persinyalan.
Akibat krisis moneter Asia yang dimulai pada 1997 di Thailand dan menyebar cepat, termasuk ke Indonesia, PT Len Industri memutuskan untuk mengembangkan bisnis consumer good dan menandatangani berbagai jenis kontrak kerja agar tetap berjalan. Setelah berhasil melewati era krisis, perusahaan mulai mengembangkan lini bisnis ke sistem transportasi, energi baru terbarukan, sistem navigasi, telekomunikasi, elektronika pertahanan, dan sistem kontrol.
Proyek Len Industri
Dalam rentang waktu 2002-2007, PT Len Industri menerima kontrak kerja beberapa proyek besar, seperti pembuatan sistem navigasi kapal Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) dan peluru kendali anti-pesawat terbang, pemasangan sistem Interlocking Elektronik Len di Stasiun Slawi, mengekspor pemancar TV VHF ke Malaysia dan Timor Leste, serta membangun ratusan sarana bantu navigasi pelayaran (SBNP) mercusuar bertenaga surya di wilayah perbatasan.
Pada 2017, PT Len Industri berhasil mencapai One Triliun Company yang dicanangkan sejak 2007 silam. Hal itu ditandai dengan perolehan pendapatan sebesar Rp 150 miliar. Tak hanya itu, perseroan juga memperoleh penghargaan Best Company-Rintisan Teknologi Award 2010 dari Presiden RI.
Kemudian pada 2012, PT Len Industri (Persero) berambisi membangun pabrik fotovoltaik (solar cell) pertama di Indonesia. Selang setahun atau pada Oktober 2013, perusahaan mendapatkan kontrak pembuatan perangkat lunak kapal perang dari raksasa korporasi asal Eropa.
PT Len Industri juga ditunjuk sebagai ketua tim percepatan proses holding dalam klaster industri manufaktur sub-klaster industri pertahanan DEFEND ID oleh Kementerian BUMN pada 2022. Perusahaan itu membawahi BUMN industri pertahanan lain, seperti PT Pindad (Persero), PT Dirgantara Indonesia, PT Dahana, dan PT PAL Indonesia.
Berikut beberapa proyek pernah yang dijalankan oleh PT Len Industri:
- Jalur kereta Double Track Lintas Utara Jawa Cirebon-Surabaya sepanjang 435 kilometer (2014).
- Pembangunan independent power producer (IPP) pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terbesar dan pertama di Indonesia, tepatnya di Kupang, Nusa Tenggara Timur, berkapasitas 5MWp (2015).
- Penyediaan 734 Alkom Manpack Radio VHF untuk Kementerian Pertahanan (Kemenhan), 40 radio perbatasan Indonesia-Malaysia, Combat Management System (CMS) di 8 Kapal Perang Republik Indonesia (KRI), sistem interkom, perbaikan radar KRI, dan pengembangan Identifier Friend or Foe (IFF) (2014-2015).
MELYNDA DWI PUSPITA