SETELAH PT Indorama kini tengah membangun pabrik resin di Purwakarta, Jawa Barat kini giliran Ibrahim Risjad mendirikan pabrik polimer. Inilah industri yang akan memproduksi berbagai jenis kemasan (untuk ikan, udang, minuman ringan, dan bahan- bahan kimia) yang didirikan Ibrahim Risjad bersama Budi Brasali. Dengan kapasitas 150.000 ton per tahun, PT Risjad Brasali Styrindo (RBS, demikian nama perusahaannya) akan menjual 50% produknya ke Korea dan Taiwan, dan sisanya akan diarahkan ke pasar lokal. Dari hasil ekspor saja, dalam perhitungan di atas kertas, RBS bisa memperoleh penghasilan US$ 15 juta. Jika kalkulasi tersebut tak meleset, RBS diperkirakan akan kembali modal dalam enam tahun. Ini berarti, Risjad dan Brasali tak perlu kebat-kebit dengan investasi US$ 100 juta yang ditanamkan di RBS. Jadi, pinjaman US$ 65 juta dari beberapa bank nasional dan asing (dijadikan modal dasar investasi) tak perlu dikhawatirkan walaupun bank nasional seperti BNI, BCA, BII, dan BTN memasang bunga 20% (pinjaman dari Hongkong Bank berbunga 11%). Tak kurang penting adalah upaya RBS memperluas usahanya dengan memproduksi CMC (carboxyl methyl cellulosa). Bahan baku tekstil, deterjen, farmasi, dan pertambangan ini diperkirakan akan menyedot modal tambahan US$ 35 juta. Diduga, dengan menjual di pasar lokal saja, RBS bisa meraup US$ 10 juta per tahun, belum termasuk penjualan CMC ke pasar ASEAN (sekitar 5.000 ton). Risjad dan Budi memperkirakan, usaha ini akan kembali modal dalam waktu lima tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini