Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang rupiah melemah ke level Rp 16.338 per dolar Amerika Serikat pada penutupan perdagangan Kamis, 20 Februari 2025. Kurs rupiah diprediksi menguat besok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rupiah melemah 13 poin dibanding penutupan sebelumnya. Pengamat Forex Ibrahim Assuaibi memprediksi nilai rupiah bekal bergerak naik turun. “Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 16.290 - Rp 16.340,” kata dia dalam analisis rutinnya, Kamis, 20 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelemahan rupiah seiring dengan menguatnya indeks dolar AS. Menurut Ibrahim sentimen global yang memengaruhi pergerakan kurs di antaranya kebijakan tarif perdagangan dan kebijakan imigrasi dari Presiden AS Donald Trump.
Bank Sentral Amerika (The Fed) bakal merilis hasil rapatnya pada 28-29 Januari, yang menunjukkan sikap hati-hati di antara para pejabat. Musababnya kebijakan perdagangan dan imigrasi AS tersebut bisa menyebabkan risiko tekanan inflasi.
Diskusi tersebut menyoroti kekhawatiran bahwa tarif yang diusulkan Trump dapat mengganggu rantai pasokan global, yang menyebabkan peningkatan biaya dan inflasi yang tinggi. “Ketidakjelasan rencana Trump telah meningkatkan keraguan mereka untuk menerapkan pemotongan suku bunga pada 2025,” ujarnya.
Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengumumkan menahan suku bunga acuan BI sebesar 5,75 persen. Suku bunga deposit facility juga tetap 5,00 persen dan suku bunga lending facility 6,50 persen.
Keputusan ini menurut Perry sejalan dengan upaya menjaga perkiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali yakni 2,5 plus minus 1 persen dan stabilitas rupiah di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi. Perry menyampaikan bahwa BI tetap melihat adanya ruang penurunan suku bunga acuan tahun ini.
Bank sentral Indonesia, kata dia memandang bahwa ekonomi AS masih akan baik meski ada kecenderungan inflasi yang tinggi dan Suku bunga AS diperkirakan hanya turun satu kali.