Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sentimen Suku Bunga hingga Data Ekspor Impor Diproyeksi Jadi Penentu Kinerja IHSG Pekan Ini

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini diprediksi dipengaruhi sentimen suku bunga dan data ekspor impor Indonesia.

16 Desember 2024 | 08.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Penetapan suku bunga oleh sejumlah bank sentral di dunia diprediksi akan memengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini. Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas David Kurniawan memproyeksi pasar cukup waspada dengan perkembangan suku bunga yang akan ditetapkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Terutama keputusan suku bunga The Fed dan Bank of Japan (BoJ) di pekan ini,” kata David dalam keterangan tertulis, Senin, 16 Desember 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain sentimen suku bunga, menurutnya, pasar perlu mencermati sentimen data ekspor dan impor Indonesia yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin siang. Sebagai gambaran perdagangan Indonesia menyempit menjadi US$ 2,47 miliar pada Oktober 2024, turun dari US$ 3,47 miliar pada bulan yang sama di tahun sebelumnya dan di bawah estimasi pasar sebesar US$ 3,05 miliar. Menurutnya, ini menandai surplus perdagangan terkecil sejak Juni, terutama karena lonjakan impor.

Selanjutnya pada 18 Desember 2024, Bank Indonesia (BI) diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuan pada level 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Desemberr 2024, sesuai dengan ekspektasi banyak pihak. Keputusan, kata David, ini bertujuan untuk memperkuat stabilitas rupiah dalam menanggapi meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global, khususnya perkembangan di AS.

"Keputusan ini juga berupaya memastikan inflasi tetap berada dalam kisaran sasaran 2,5 hingga 1 persen untuk tahun 2024 dan 2025, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ujar David.

Berdasarkan data yang ia kumpulkan, rupiah terdepresiasi sebesar 0,84 persen secara bulanan. Terutama didorong oleh penguatan dolar AS secara luas dan pergeseran preferensi investor global terhadap aset AS menyusul hasil pemilu AS. Sementara itu, tingkat inflasi tahunan Indonesia menurun menjadi 1,71 persen pada Oktober 2024 dari 1,84 persen pada bulan sebelumnya. Angka ini terendah sejak Oktober 2021 dan tetap berada dalam kisaran sasaran bank sentral.

Sementara itu dari dari global, perhatian pelaku pasar seluruh dunia pada sepekan ini adalah keputusan The Fed dan Bank of Japan terkait suku bunga. Sebelumnya BoJ dengan suara bulat mempertahankan suku bunga jangka pendek utamanya di sekitar 0,25 persen selama pertemuannya di bulan Oktober, mempertahankannya pada level tertinggi sejak 2008 dan sesuai dengan estimasi pasar.

Dewan Kebijakan tetap berkomitmen untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut, jika data ekonomi dan harga sesuai dengan perkiraan. Dalam prospek triwulanan, BoJ mempertahankan perkiraannya bahwa inflasi inti akan mencapai 2,5 persen pada tahun fiskal 2024, dengan inflasi diperkirakan berada di sekitar 1,9 persen untuk tahun fiskal 2025.

Seperti diketahui, pada perdagangan pekan lalu atau periode 8-13 Desember 2024, IHSG terkoreksi 0,79 persen menjadi berada pada level 7.324,789 dari 7.382,785 pada pekan lalu. Selain itu, kapitalisasi pasar Bursa sepekan mengalami perubahan sebesar 0,54 persen menjadi Rp 12.604 triliun dari Rp 12.673 triliun pada sepekan sebelumnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus