Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan bagaimana persiapan menjelang operasional Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Salah satunya adalah soal setifikasi kelaikan jalan dari sepur kilat, proyek yang digarap oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami sedang melakukan finalisasi dari yang namanya ketentuan itu sendiri,” ujar dia di Stasiun Halim, Jakarta Timur, pada Kamis, 22 Juni 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama pekan ini, kata Budi Karya, Kemenhub sudah melakukan focus group discussion (FGD) yang melibatkan berbagai unsur. Mulai dari kontraktor, operator, regulator, dan juga pakar untuk menyamakan persepsi mengenai uji kelaikan.
Jika melihat tadi saat menjajal kereta cepat, kata Budi Karya, dengan kecepatan 350 kilometer per jam, itu relatif berjalan stabil. “Artinya, bisa dikatakan bahwa apa yang dilakukan sudah sangat baik,” ucap Budi Karya.
Namun, Budi Karya melanjutkan, secara teknis dan formal, Kemenhub harus melakukan uji. Karena pengujian itu berkaitan dengan beban penumpang, kecepatan, dengan beberapa kereta simulasi, dan penyesuaian kereta yang berlintasan.
Selanjutnya: “Jadi saya pikir ini bisa dilaksanakan...."
“Jadi saya pikir ini bisa dilaksanakan dengan cepat, karena sarana dari tes yang pertama kali dengan kereta uji coba ini sangat firm,” tutur Menhub Budi Karya.
Sementara Direktur Utama KCIC Dwiyana Slamet Riyadi—kerap disapa Edo—meyakini bahwa setifikat laik operasi sarana prasarana KCJB selesai sebelum soft launching pada 18 Agustus 2023. Dia menjelaskan KCIC sudah mengajukannya ke Kemenhub
“Sudah sesuai proses kok. Kami sudah kick off meeting minggu kemarin. Dari Kemenhub ya akhir Juli (selesai) mintanya. Kami bahas juga timeline-nya,” ujar dia.
Namun, kata Edo, karena Kemenhub baru pertama kali ikut menjajal uji coba kereta cepat, jadi masih proses menyamakan persepsi, mulai dari cara pengkurannya, dan lain-lain, termasuk penggunaan kereta inspeksi atau CIT yang penuh dengan alat untuk memantau kondisi kualitas jalur.
“Jadi apakah nanti memungkinkan Kemenhub menggunakan itu, di samping tetap ada pengujian manual. Jadi itu dilakukan agar efektivitas waktu yang sekarang ini bisa dikejar untuk mendapatkan sertifikasi dari Kemenhub,” ucap Edo.