Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati berpendapat bahwa mengelola keluarga lebih sulit dari mengelola keuangan negara. Salah satunya, kata dia, saat menjadi orang tua dalam mengasuh anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Karena mencintai, dan parenting itu tidak diajarkan di sekolah, jadi kita sering belajar sendiri," ujar Sri Mulyani dalam video live di akun Instagram resminya, Rabu, 20 Desember 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sri Mulyani mengunggah video live dalam akun Instagram resminya @smindrawati. Dalam video tersebut Sri Mulyani sedang diwawancari dan berbicara mengenai menjadi seorang ibu dan orang tua dalam keluarga. Saat berita ini ditulis, video berdurasi 4 menit 15 detik itu disiarkan live dua jam lalu dengan 2.400 viewers.
Sri Mulyani mengatakan saat mengelola sebuah keluarga, pastinya bersentuhan dengan orang-orang dengan personal attachment seperti anak-anak. Hal itu, kata dia, membuatnya bingung untuk mengambil keputusan. "Kadang-kadang bingung antara kalau mencintai itu boleh apa tidak ya bilang enggak," katanya.
Menurut Sri Mulyani, salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola keluarga adalah cara mengasuh anak. Sebab, kata dia, sebagai seorang ibu harus memberikan perhatian secara penuh kepada anak. "Itu membutuhkan full time attention. Suatu tantangan untuk memperhatikan secara penuh tetapi tanpa terlihat berlebihan," ucapnya.
Di sisi lain, Sri Mulyani menilai dalam mengelola keuangan negara itu tak lebih sulit dari mengelola keluarga. Sebab, kata dia, hal itu sudah ada pakemnya sendiri seperti dalam pengelolaan BBM dan sebagainya. "Dari sisi substansinya, masalahnya, seperti APBN dan perekonomian juga itu paling tidak sudah ada platformnya," tuturnya.
Sri Mulyani juga mengatakan dirinya juga menerapkan parenting dalam mengelola Kementerian Keuangan. Menurut dia, penting untuk menerapkan bagaimana memberikan semangat kepada orang-orang di Kemenkeu. "Saya menganggap mereka adalah keluarga Kemenkeu yang punya hati, punya perasaan, dan juga budi," ujarnya