Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Supaya betah menatap layar kaca

TV swasta RCTI siarannya terganggu, akibat kabel transmiter putus. juni depan RCTI menayangkan acara produksi dalam negeri. TVRI menambah jam siaran lewat saluran II. badan usaha tvri akan diubah.

11 Maret 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PET! Keluarga yang sedang menikmati siaran Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Minggu siang lalu, terbengong-bengong ketika layar TV-nya tak lagi menampakkan gambar. Tidak ada pemberitahuan berupa tulisan "Maaf, siaran Anda terganggu", atau "Gangguan bukan pada pesawat TV Anda", seperti yang kerap terlihat di layar TVRI. Dan karena yang tinggal cuma "gambar semut", jelas siaran RCTI terputus total. Entah apa penyebabnya. Padahal, itulah hari pertama RCTI melakukan siaran 16,5 jam -- dari pukul 08.00 hingga 24.30. Alasan yang dikemukakan humas RCTI, Zsa Zsa, sulit dipercaya para pemirsa. Sebab, ia hanya menyebutkan, siaran terputus karena adanya gangguan pada kabel yang menghubungkan transmiter ke antena (konon, panjangnya sampai 150 meter). "Masa, gangguan kabel saja matinya sampai dua hari," kata seorang pelanggan. Memang, sejak siaran terputus Minggu pukul 11.30 hingga Senin malam pekan ini, RCTI masih belum juga muncul di layar. Menurut siaran TVRI, RCTI akan mengudara kembali Selasa siang pekan ini. Lalu seorang pemirsa menduga, gangguan terjadi langsung pada enkoder (alat untuk memancarkan siaran). Mana yang benar? Wallahualam. Yang pasti, "Secara teknis, yang dipancarkan selama ini masih merupakan siaran percobaan. Sedangkan resminya siaran baru dimulai bulan Juni," kata Zsa Zsa. Atau dengan kata lain, saat ini RCTI masih dalam rangka mengecek peralatan dan melatih karyawan. Terlepas dari percobaan atau bukan, kejadian ini jelas merupakan ujian berat. Sebab, saat ini RCTI bukan hanya sedang gencar mencari pemasang iklan, tapi juga menarik pelanggan. Lihat saja, dekoder (pesawat penerima bagi pelanggan) yang harganya Rp 131 ribu (termasuk pemasangan), dikreditkan dengan uang muka Rp 10 ribu. Dan sisanya boleh dibayar mulai bulan Juni. Bukan hanya itu. Untuk siaran percobaan, yang telah dilangsungkan sejak November tahun lalu, pelanggan tidak ditarik iuran -- Rp 30 ribu sebulan sampai akhir bulan ini. "Kami bukan obral, tapi itulah salah satu cara untuk menarik pelanggan," kata Zsa Zsa. Untuk sementara, mungkin, cara itu terbilang tepat. Buktinya -- kendati belum pasti -- hingga pekan lalu jumlah pelanggan telah mencapai 72.500 rumah (melampaui target yang hanya 70 ribu). Disebut belum pasti karena tidak sedikit yang masih coba-coba. Mereka ini adalah peserta program kredit dekoder, yang belum pasti akan terus berlangganan. Seperti diungkapkan oleh beberapa pengambil kredit, "Lumayan, langganan dua bulan bayar Rp 10 ribu." Maksudnya, pelanggan model itu akan mengundurkan diri satelah iuran bulanan mulai ditarik. Untunglah, pendapatan RCTI tidak hanya tergantung pelanggan. Perolehan dari iklan tampaknya tidak terlampau mengecewakan. Menurut Zsa Zsa, sudah ada 118 produk yang siap nampang. Dari situ pun sudah bisa dibayangkan, berapa pendapatan yang diperoleh dari iklan, yang bertari Rp 860 ribu sampai Rp 10 juta. Mungkin itulah sebabnya, di sela-sela "mengecek peralatan", RCTI berusaha mempercepat pembangunan dua studio, yang memang telah direncanakan. Tujuannya, agar secepatnya bisa menyelenggarakan siaran langsung. Sebab, targetnya, mulai Juni nanti, siaran akan diwarnai dengan berbagai acara yang betul-betul produksi dalam negeri. Mulai dari film musik, film komedi, siaran langsung, hingga drama seri. "Kami alan berusaha menyajikan yang terbaik. Tapi sabar, deh, ini kan televisi baru," ujar Zsa Zsa. Bukan hanya RCTI yang sedang membuat ancang-ancang, tapi juga TVRI. Televisi milik pemerintah ini sekarang sedang menyiapkan sebuah acara yang benar-benar baru dan akan disiarkan mulai April depan. Saluran II, yang selama ini diisi dengan English News, misalnya, waktu siarannya ditambah dua jam. Berarti, selain siaran berita berbahasa Inggris dan Berita Nasional, akan ditayangkan pula acara-acara hiburan untuk anak-anak serta komedi Betawi. Hanya saja, acara tambahan itu hanya bisa dinikmati oleh pemirsa di Jakarta dan sekitarnya. Konon, biaya tambahan yang dibutuhkan untuk sekali siaran sekitar Rp 40 juta. Tapi itu pun TVRI tidak perlu sampai merogoh kocek, sebab biayanya ditanggung oleh Pemda DKI. Perubahan juga terjadi pada acara-acara pokok. Pukul 19.40-21.00, yang biasanya penuh dengan siaran kata -- seperti bahasa Inggris, kuliah UT, dan Wanita & Pembangunan -- waktu penyiarannya dipindah lebih awal, antara pukul 17.30 dan 19.00. Acara hiburan, yang biasanya ditayangkan setelah Dunia Dalam Berita, kelak penampilannya dipercepat. Sebagai gantinya, untuk acara penutup, TVRI menjanjikan paket-paket hiburan musik -- seperti Candra Kirana atau orkes simfoni. New York Philharmonic Philharmonic, misalnya. TVRI juga akan mengubah gaya penyiaran yang selama ini dianggap membosankan. Contohnya, acara Masalah Kita, yang biasanya hanya berisi wawancara dengan tokoh yang duduk berhadap-hadapan dengan reporter. Nah, kelak itu akan diselingi dengan film-film ilustrasi. Dengan demikian, diharapkan, "Acara-acara yang menuntut perhatian serius juga akan ditonton," kata Ishadi, Direktur Televisi. Tak kalah menarik adalah rencana pengubahan Badan Usaha TVRI, yang selama ini berstatus yayasan. Tujuannya, "Agar ada kelonggaran dalam penyelenggaraan siaran dan penggunaan dana," kata Alex Leo Zulkarnain, Dirjen RTF. Hanya sampai saat ini belum ditemukan badan usaha apa yang cocok untuk TVRI. Memang ada rencana, TVRI akan dikelola dalam satu badan bersama RRI. "Mungkin bentuknya akan seperti RTM Malaysia, atau BBC London," kata Alex. Kenapa tidak Perum atau PT (Persero)? Menurut Alex, kalau berbentuk seperti BUMN yang sekarang ada, tetap saja biaya operasionalnya dikucurkan lewat kran pemerintah. Padahal, idealnya, "setiap pendapatan yang masuk (seperti iuran TV) bisa langsung dipergunakan."Budi Kusumah, Sri Pudyastuti, Rustam F. Mandayun

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum