Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menanggapi pertanyaan para netizen yang ingin tahu alasan penghapusan larangan ekspor benih lobster yang dilakukan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan saat ini Edhy Prabowo.
Salah satu warganet @DhanieMaster pun melontarkan pertanyaan apakah prospek bisnis lobster di Indonesia sangat menguntungkan. "Bisnis Lobster ini begitu menggairahkan kahh??"
Hal itu pun langsung dibenarkan oleh Susi bahwa memang bisnis lobster itu sangat menguntungkan. "Sangat," kata Susi singkat melalui akun media sosial Twitter pribadinya, Ahad, 5 Juli 2020. Walaupun menguntungkan, Susi enggan menjelaskan secara rinci terkait hitungan-hitungan bisnis lobster tersebut.
Kemudian netizen lainnya @amarqusa pun melontarkan pertanyaan lain, yang menanyakan Bos Susi Air tersebut apakah memiliki bisnis budi daya lobster. Pertanyaan tersebut direspons Susi dengan singkat pula. "Tidak," tulisnya.
Susi dalam beberapa hari ke belakang memang kerap kali mengunggah tautan-tautan berita soal perkembangan terbaru soal kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang dipimpin oleh Edhy Prabowo. Itu semua pun langsung menimbulkan respons netizen bermacam-macam dari yang mendukung hingga menolak secara keras.
Adapun dalam pemberitaan dari Majalah Tempo Edisi Senin, 6 Juli 2020, diberitakan soal jumlah perusahaan eksportir benur lobster terus bertambah semenjak Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menerbitkan aturan yang memperbolehkan praktik tersebut beberapa waktu lalu. Saat ini, jumlahnya telah mencapai 30 perusahaan.
Perusahaan tersebut terdiri dari atas 25 perseroan terbatas (PT), 3 persekutuan komanditer (CV), dan 2 usaha dagang (UD). Berdasarkan penelusuran Tempo, sejumlah kader partai menjadi aktor di belakang perusahaan-perusahaan eksportir benur lobster tersebut. Di PT Royal Samudera Nusantara, misalnya, tercantum nama Ahmad Bahtiar Sebayang sebagai komisaris .
Kemudian ada tiga eksportir lain yang terafiliasi dengan Partai Gerindra. PT Bima Sakti Mutiara, misalnya, hampir semua sahamnya dimiliki PT Arsari Pratama. Komisaris Bima Sakti adalah Hashim Sujono Djojohadikusumo, adik Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang juga Ketua Umum Gerindra. Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, putri Hashim, duduk sebagai direktur utama.
Lalu juga, dalam daftar eksportir tersebut tarsemat nama Fahri Hamzah, bekas politikus PKS yang kini menjabat Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, tercatat membandari modal PT Nusa Tenggara Budidaya yang bermarkas di Gedung Cyber, Kuningan Barat, Jakarta Selatan.
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menjamin penetapan eksportir benih lobster, termasuk yang berkaitan dengan politikus, telah melalui prosedur yang baku, tanpa keistimewaan. “Semua proses kan ada panitianya. Saya minta siapa saja wajib dilayani,” ujarnya ketika dihubungi Tempo, Jumat malam, 3 Juli lalu. “Semua yang diberi izin itu yang sudah menyiapkan budi dayanya.”
EKO WAHYUDI l MBM TEMPO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini