Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sampel pasien suspect corona tertahan di RSUD Merauke dan belum bisa dikirim secepatnya ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan di Jakarta. Pasalnya, sampel tersebut belum bisa diangkut oleh penerbangan maskapai Garuda Indonesia pada Ahad ini, sehingga harus menunggu lusa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Manajemen GIA (Garuda) enggan menerbangkannya tanpa dilengkapi MSDS (material safety data sheet)," tutur Plt Kepala Dinas Kesehatan Merauke, dr. Muskita Nevile seperti dikutip Antara, Ahad, 15 Maret 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menanggapi kabar hambatan pengiriman sampel tersebut, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra mengatakan belum menerima laporan. "Saya cek dulu," ucapnya kepada Tempo, Ahad petang.
Selanjutnya, Irfan menjelaskan bahwa Garuda menolak mengangkut sampel pasien suspect corona itu karena dua hal. Pertama, kelengkapan dokumen yang belum memadai (tidak ada Shipdeck dan MSDS). Kedua, packing tidak sesuai standard. "Kondisi packingan hanya menggunakan box stereoform fiber," kata dia.
Adapun menurut Muskita, MSDS adalah lembar data keselamatan yang di dalamnya terdapat penjelasan mengenai sifat-sifat suatu bahan. Lembar data ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada para pekerja dan petugas instalasi gawat darurat bahwa kiriman tersebut mengandung bahan yang aman.
Sampel pasien suspect corona ini semestinya dijadwalkan diangkut pada hari Minggu ini. Namun, karena persoalan penerbangan, sampel baru dapat dikirim pada Selasa, 17 Maret 2020. Adapun sampel hanya dapat dikirim menggunakan pesawat Garuda Indonesia dari Merauke pada Selasa lantaran Senin tak ada jadwal penerbangan.
Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Merakue, pasien yang diduga terpapar virus corona ini merupakan laki-laki berumur 46 tahun. Sebelum dirawat, ia memiliki riwayat perjalanan dari Bogor. Saat ini, pasien tersebut sudah dirawat di ruang isolasi.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | ANTARA