Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Terima kasih, swasta

Wawancara tempo dengan menteri perindustrian hartarto tentang konsep yang tengah disusun dalam menentukan kerangka landasan pembangunan industri nasional, langkah-langkah & titik berat industri, dll.

12 September 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENGUSAHA" sering dicurigai: dicap mau untungnya sendiri saja. Maka, pandangan lain dari Menteri Perindustrian Hartarto -- seorang dari sedikit pejabat -- kepada "kelas pedagang" patut dicatat: "Saya ucapkan banyak terima kasih kepada dunia usaha. Berdasarkan pengalaman di lapangan, sering saya menjumpai keberhasilan penusaha menembus pasar ekspor, kendati secara teoretis sangat sulit bisa dilaksanakan." Menteri Hartarto terus terang mengungkapkan kejengkelannya mengenai tingkah pengamat Para ahli yang kerjanya hanya duduk di belakang meja. "Analisa mereka banyak yang meleset," ujarnya. Menteri yang tak betah duduk di belakang meja ini belakangan makin sering keluar-masuk pabrik. Ia ingin melihat sendiri masalah yang muncul di lapangan sebelum menentukan Kerangka Landasan Pembangunan Industri Nasional. Di sela kesibukannya itu Menteri Hartarto menjawab beberapa pertanyaan Praginanto, Suhardjo Hs., dan Max Wangkar dari TEMPO, pekan silam. Dapatkah dijelaskan konsep yang tengah disusun itu? Pendekatannya secara teoretis dan praktis, berdasarkan pengalaman yang diperoleh dalam Pelita-Pelita sebelumnya, agar perkembangan industri yang akan datang tidak hanya "berat ke atas". Arah pengembangan pola industri meliputi pendalaman struktur industri, pengembangan industri permesinan dan elektronik penghasil barang modal, pengembangan ekspor, pengembangan kemampuan Litbang terapan dan perangkat lunak dalam pembuatan mesin-mesin, peralatan, dan pembangunan pabrik. Langkah apa saja yang diambil? Terus-menerus memantau perkembangan potensi sumber daya alam dan manusia. Juga perkembangan masalah ekonomi di tingkat nasional maupun internasional. Untuk itu, Departemen Perindustrian mempunyai aparat khusus yang akan terus mengikuti perkembangan teknologi di luar negeri, mengintip calon-calon mitra investasi, dan mengkaji situasi pasar internasional. Dititikberatkan ke mana? Ke penciptaan iklim yang mampu mendorong kreativitas dan dinamika pengusaha. Untuk menciptakan iklim usaha, secara makro, dilaksanakan secara terpadu antara instansi pemerintah dan swasta dengan dukungan pihak perbankan. Karena hal itu menyangkut kebijaksanaan perlindungan industri melalui sistem tarif, fiskal, moneter, pelaksanaan deregulasi, dan debirokratisasi. Sedangkan aspek mikro berbentuk pembinaan per komoditi. Industri yang diprioritaskan? Industri strategis yang langsung menyangkut kepentingan orang banyak. Bidang ini harus dijaga betul, jangan sampai terjadi kapasitas 'nganggur yang terlalu tinggl, atau malah tak mampu memenuhi permintaan pasar. Tapi tak berarti kami lepas tangan terhadap industri nonstrategis. Beberapa BUMN di lingkungan Departemen Perindustrian kini ditugasi membantu industri skala kecil seperti kerajinan. Tak hanya sebatas pada masalah bantuan teknis, tapi juga sebagai bumper untuk menembus pasar ekspor dan nasional. Sudah siap menghadapi berbagai hambatan -- bagaimana pula sistem kontrolnya? Tentu saja siap. Dari hasil pemantauan dan evaluasi terhadap pertumbuhan industri, diperoleh gambaran bahwa secara bertahap hasilnya makin positif. Tak hanya dalam soal ekspor, tapi juga dalam pcrbaikan struktur modal dan meningkatnya daya saing. Ada kesan Departemen Perindustrian memaksa pengusaha untuk ekspor. Kesan boleh saja. Tapi, lupakah ekspor 90 ribu chasis mobil Mitsubishi ke Jepang itu berbau public relation? Di situ pasti ada faktor keuntungan. Harus diingat, kita sebenarnya juga mempunyai industri lain yang memang memiliki daya saing tinggi di pasar internasional, terutama industri hasil pengolahan sumber daya alam. Dalam situasi ekonomi yang berat seperti saat ini kita seharusnya malah bisa memahami, pengusaha lebih tertarik pada pasar di luar. Rekanan di luar negeri biasanya sangat disiplin dalam bisnis: tepat membayar tapi sangat ketat dalam hal kualitas dan ketepatan pengiriman. Selain itu ada juga faktor dari luar yang ikut berjasa dalam meningkatkan ekspor. Yakni menguatnya nilai tukar mata uang Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan. Dulu, ketika saya meramalkan hal itu sekitar tahun 1984, boleh dikatakan tak ada yang percaya. Tapi sekarang makin banyak pengusaha yang kesulitan dana, 'kan? Dilihat dari segi manajemen, hal itu malah mempunyai dampak positif. Kini mulai bermunculan proyek-proyek hasil patungan beberapa pengusaha, yang manajemennya diserahkan kepada tenaga profesional, sehingga akan memperkukuh daya saing. Sementara itu, mereka juga makin gigih mencari peluang-peluang pasar. Hasilnya sudah mulai nyata kelihatan. Peran swasta melonjak teramat pesat: menghasilkan 94% dari seluruh penjualan hasil industri. Perkembangan rancang bangun juga meningkat. Misalnya dibidang permesinan dan pabrik. Sekarang kita sudah mampu mendesain dan membangun pabrik semen, pupuk, dan kertas, meskipun masih ada komponen yang masih harus diimpor. Bahkan kita juga sudah mampu mengekspor alat-alat berat dan peralatan pengeboran minyak lepas pantai. Apa kriteria "industri andalan"? Industri yang paling besar lonjakan hasil ekspornya. Misalnya dalam industri ukuran menengah, seperti ban, kimia organik, dan kertas. Sangat menggembirakan, karena hampir semua industri dalam kelompok itu milik swasta. Apa rencana untuk mereka? Kami sudah menyiapkan sebuah stratei untuk mengatasi komoditi yang merosot atau tidak berkembang. Antara lain dengan menganjurkan diversifikasi hasil olahannya, sehingga tidak hanya nilai tambahnya yang naik, tapi juga bisa menembus pasar-pasar baru. Benarkah kebijaksanaan perindustrian sering tak seiring dengan kebijaksanaan lain -- misalnya dengan kebijaksanaan fiskal? Itu tidak benar. Setiap hasil studi nasional selalu dikonsultasikan dengan menteri lain yang bersangkutan. Kebijaksanaan fiskal dianggap sangat penting -- karena memiliki peran penunjang yang sangat kuat -- jadi mana mungkin kebijaksanaan perindustnan tak disangkutkan ke sana? Tak ada masalah dalam koordinasi antardepartemen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus