Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Yusuf Mansur Kritik Pembiayaan Mahal, KNEKS: Margin Bank Syariah Jauh Membaik

Ketua KNEKS Sutan Emir Hidayat menanggapi kritik ustaz Yusuf Mansur soal pembiayaan mahal oleh perbankan syariah.

21 Mei 2021 | 09.57 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pendiri PayTren, Ustad Yusuf Mansur, berbicara dalam acara seminar Perkembangan Fintech Indonesia di Gedung Tempo, Palmerah, Jakarta, Rabu, 8 Agustus 2018. PT Veritra Sentosa Internasional (TRENI), yang dikenal dengan PayTren, membeli 5 persen saham PT Info Media Digital atau Tempo.co. TEMPO/Charisma Adristy

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah atau KNEKS menanggapi kritik ustaz Yusuf Mansur soal pembiayaan mahal oleh perbankan syariah. Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah KNEKS Sutan Emir Hidayat menilai sebetulnya tingkat margin pembiayaan bank syariah saat ini sudah jauh membaik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahkan, bank besar seperti Bank Syariah Indonesia (BSI) dinilai sudah mampu bersaing dengan bank konvensional dalam hal tingkat margin. "Perlu dilihat lagi. Tingkat margin perbankan syariah saat ini sudah kompetitif terutama di bank besar," kata Sutan Emir dalam keterangan tertulis, Jumat, 21 Mei 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kalaupun pembiayaan di bank syariah masih dinilai mahal, menurut dia, bukan karena aspek syariahnya. Ia menduga pembiayaan dianggap lebih mahal karena aspek ekonomi seperti ukuran bank syariah dan struktur dana pihak ketiga bank syariah tersebut yang masih banyak berasal dari dana-dana mahal seperti deposito.

Lebih jauh, Sutan Emir menyebutkan bank adalah entitas yang sangat penting dalam perekonomian. Hanya saja, di bank konvensional ada mode operasinya yang mengandung unsur-unsur yang dilarang oleh syariah.

Oleh karena itu, menurut dia, yang perlu diubah adalah mode operasi suatu bank. "Itulah alasan kenapa muncul bank syariah di dunia," kata Emir. "Kita memilih bank syariah untuk menghindari riba dan unsur-unsur lain yang dilarang syariah. Itu bagian dari syariat Islam," ujarnya.

Begitu juga, kata Sutan Emir, jika pilihan akhir nasabah adalah bank syariah ketimbang bank konvensional karena semata-mata mempertimbangkan mana yang baik menurut Allah SWT. "Itu yang harusnya menjadi perhatian utama dalam memilih bank syariah." Lagi pula, menurut dia, kata mahal merupakan deskripsi yang sempit dalam menilai kinerja bank syariah.

Lebih jauh ia tak menampik beberapa bank syariah kecil masih berupaya untuk menurunkan margin pembiayaannya dengan meningkatkan rasio dana murah terutama dana giro dan dana tabungan. Bank syariah-bank syariah itu terus mengajak banyak masyarakat yang belum terlayani untuk ikut menabung di bank syariah.

Harapannya, agar semakin banyak masyarakat yang menabung di bank syariah, maka bank syariah tersebut bisa mencapai economies of scale atau skala ekonomi. Walhasil, pembiayaan bisa disalurkan dengan biaya yang lebih kompetitif.

Ustaz Yusuf Mansur mengkritik mahalnya pembiayaan bank syariah ketimbang bank konvensional. "Biar masyarakat melek, sudah waktunya masyarakat dapat pembiayaan murah dan ada keberpihakan juga. Enggak jual-jual syariah dan ummat," ujar dia, Rabu, 19 Mei 2021.

Yusuf Mansur mengatakan pembiayaan yang diberikan perbankan syariah secara umum mahal. Sementara itu, apabila nasabah menyimpan dananya di bank, imbal hasilnya lebih rendah. Karena itu, ia menyoroti keberpihakan perbankan syariah kepada umat.

HENDARTYO HANGGI | CAESAR AKBAR

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus