Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Anak Berebut Hak Milik, Orang Tua Perlu Ajarkan Aturan Ini

Orang tua harus berperan dalam menjelaskan aturan main yang jelas kepada anak bila mereka masih memperebutkan hak milik terhadap mainan.

10 Desember 2017 | 14.26 WIB

Ilustrasi anak di toko mainan. skim.gs
Perbesar
Ilustrasi anak di toko mainan. skim.gs

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Sering bertengkar, marah, dan menangis karena berebut hak milik adalah efek yang wajar terjadi pada anak yang sedang mengalami fase posesif. Untuk meminimalkan konflik, orang tua bisa melakukan hal-hal ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ketika anak mengklaim benda-benda kepunyaan mereka dan tidak mau berbagi dengan orang lain, mereka bukan egois atau antisosial.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Mereka hanya mencoba mencari tahu mana yang benar, mana yang salah, dan bagaimana aturannya,” kata Chuck Kalish, kepala tim investigator dalam penelitian mengenai pemikiran anak-anak di Universitas Wisconsin Madison, Amerika Serikat.

Kalish menjelaskan, dalam menghadapi situasi ini, orang tua harus berperan dalam menjelaskan aturan main yang jelas kepada anak. Anak boleh mengklaim mainan mereka, tapi tidak boleh mengakui benda yang sudah jelas milik orang lain. “Truk ini kepunyaanmu tapi mobil itu bukan,” katanya mencontohkan.

Baca: Bentuk Wajah Panjang Dinilai Lebih Sehat, Setuju?

Jika Anda mengatakannya secara konsisten, anak akan mempelajari polanya. Mereka akan menyadari mana benda hak mereka. Kabar baiknya, seiring bertambahnya usia, anak juga akan mulai menyadari perasaan bahagia ketika bisa memberikan sesuatu untuk orang lain.

Ketika anak berebut mainan dengan anak lain, jangan serta-merta menyalahkan anak, apalagi ikut merebut benda itu secara paksa kemudian menyerahkannya kepada anak lain. Hal ini akan membuat anak kehilangan penghayatan akan dirinya dan melemahkan otoritas diri anak.

“Pikirkan saja, jika ada orang lain merebut dompet atau ponsel Anda, Anda pasti akan sangat marah,” kata Ori Friedman, psikolog perkembangan anak dari Universitas Waterloo, Kanada.

Baca: Yoghurt Manfaatnya Segudang, Begini Cara Memilihnya

“Ketika ada orang lain merenggut mainan yang sedang dipegang anak, tentu saja mereka akan lebih agresif.”

Jika Anda mempertimbangkan fakta bahwa anak bergantung pada kepemilikan benda untuk membantu mereka menyadari eksistensi diri, lebih mudah memahami mengapa konsep berbagi adalah hal sulit bagi mereka.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus