Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog klinis dan forensik, A. Kasandra Putranto, menjelaskan, perisakan atau bullying terjadi lantaran ada perbedaan kekuasaan. Maksudnya adalah pelaku perisakan merasa memiliki kuasa yang lebih besar ketimbang korbannya. Selain itu, pelaku tak mampu mengendalikan keinginannya untuk merisak orang lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tidak terbiasa memikirkan dampak tindakannya,” kata Kasandra saat dihubungi Tempo, Kamis, 16 November 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Kasandra, manusia dapat mengendalikan diri agar tak menjadi pelaku bullying. Syaratnya, harus membiasakan diri. Sebab, ada pelbagai efek perisakan yang mungkin dirasakan korban. Misalnya, perubahan perilaku atau emosi, gangguan stres setelah trauma atau post traumatic stress disorder (PTSD), dan depresi.
“Bisa berbagai kemungkinan efek. Mengatasinya dengan intervensi perubahan perilaku,” ujar Kasandra.
Baca juga:
Begini 5 Gaya Para Pemain Sepak Bola Internasional Saat Bepergian
Sulih Suara, Kaesang Pangarep Sulit Menghilangkan Logat Medoknya
Mengintip Rumah Setya Novanto, Karakternya Modern dan Transparan
Kasus perisakan masih kerap terjadi, tak terkecuali di kalangan anak-anak. Misalnya, putra Pasha Ungu dan Okie Agustina, Kiesha Alvaro, yang menyita perhatian publik dengan mengunggah sebuah foto di akun Instagram. Kiesha tampak sedang merayakan ulang tahun ke-13 Mutiara Jasmine.
Kiesha terlihat memegang tangan Mutiara untuk membantunya memotong kue. Hal ini lantas memancing kritikan warganet kepada Keisha yang masih berusia 13 tahun itu.
“Masih kecil 13 tahun sudah pacaran. Dasar kids zaman now,” tulis salah satu warganet.
Kiesha pun menanggapi komentar itu dan membalasnya. Ia membantah pacaran dengan Mutiara lantaran hanya menganggapnya teman dekat. Kini, foto yang sempat diubah caption-nya itu hilang dari Instagram Kiesha. Akun instagram Kiesha yang asli juga tak dapat ditemukan hingga pukul 19.23 WIB.
Dalam laman yang berfokus membahas perisakan terhadap anak, National Centre Against Bullying (www.ncab.org.au), tertulis ada empat jenis perisakan. Empat jenis itu adalah perisakan fisik (physical bullying), perisakan verbal (verbal bullying), perisakan sosial (social bullying), dan perisakan siber (cyber bullying).
Bullying siber dilakukan melalui media sosial, pesan pendek, website, dan medium online. Sedangkan bentuk perisakan siber bisa berupa mengirimkan pesan atau gambar kasar, mengucilkan orang lain, gosip, dan mengimitasi atau meretas media sosial orang lain.
TABLOID BINTANG | NCAB | LANI DIANA