Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Rabies termasuk penyakit zoonosis yang menular dari hewan terinfeksi virus rabies ke manusia. Beberapa hewan yang rawan terkena virus rabies antara lain, anjing, kelelawar, kucing dan kera. Peluang terkena virus rabies ini pada manusia akan lebih besar. Salah satunya, jika Anda tidak rajin memberi vaksinasi kepada hewan peliharaan di rumah seperti kucing dan anjing. Bukan hanya itu, fasilitas umum seperti pelabuhan ilegal, laboratorium, hingga transportasi umum menjadi lalu-lintas hewan juga perlu diwaspadai. Untuk melihat keberadaan virus rabies pada hewan, dokter hewan akan menguji Direct Fluorescent Antibody (DFA) jaringan otak hewan. Namun, bagaimana jika virus rabies ini menyerang manusia?
Pertolongan Pertama Rabies
Anda maupun orang lain di sekitar harus mendapatkan pertolongan pertama saat dicakar maupun digigit hewan-hewan pembawa rabies. Meskipun belum diketahui bahwa hewan tersebut terinfeksi virus rabies, lakukan hal-hal berikut juga untuk pencegahan penularan:
- Biasanya, gigitan dan cakaran hewan rabies akan memunculkan perdarahan aktif. Anda bisa menggunakan kain bersih atau kain kasa untuk mengatasinya;
- Lalu, setelah perdarahan bisa diatasi, segera cuci luka tersebut menggunakan air dan sabun. Jangan lupa oleskan sabun di luka terbuka sekitar 10–15 menit agar virus melemah;
- Pastikan Anda juga menambahkan alkohol 70% atau cairan antiseptik povidone iodine sekaligus di luka.
Namun, pertolongan pertama tersebut tetap harus Anda tindak lanjuti dengan konsultasi kepada dokter di rumah sakit untuk segera ditangani dengan vaksin rabies. Ingat, penyakit rabies adalah penyakit mematikan yang menular.
Diagnosis Penularan Rabies pada Manusia
Saat Anda konsultasi kepada dokter di rumah sakit, dokter akan mendiagnosis rabies. Ceritakan kronologi Anda digigit atau dicakar hewan pembawa rabies hingga gejala yang Anda alami. Lalu, dokter akan memeriksa bekas cakaran, gigitan, atau luka terbuka di tubuh Anda yang diduga telah terkena liur hewan tersebut. Berikut tindak lanjut diagnosis rabies pada manusia di tahap lebih serius.
- Tes sampel air liur Anda untuk mendeteksi keberadaan virus rabies;
- Tes serum darah dan cairan tulang belakang untuk menemukan antibodi perlawanan tubuh terhadap virus rabies;
- Tes biopsi kulit folikel atau akar rambut di tengkuk untuk melihat keberadaan antigen virus rabies.
Pengobatan Rabies pada Manusia Lebih Lanjut
Bagaimana pengobatan rabies pada manusia? Berikut beberapa opsi yang bisa dokter berikan kepada Anda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Serum Anti Rabies
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Serum anti rabies atau human rabies immune globulin (HRIG) akan Anda dapatkan jika belum pernah menerima vaksin rabies. Kemudian, terdapat luka berisiko tinggi di tubuh seperti luka akibat mendapat lebih dari satu gigitan, luka mengenai saraf-saraf seperti saraf lengan, kepala, hingga leher. Bahkan, pada penderita kanker dan HIV juga akan diberi serum anti rabies ini.
2. Vaksin Rabies
Vaksin rabies dikenal juga sebagai Post-Exposure Prophylaxis (PEP). Vaksin PEP ini mengandung virus rabies yang telah dilemahkan. Tujuannya, untuk merangsang sistem kekebalan tubuh agar tercipta antibodi pembunuh virus rabies.
Bagaimana Ciri-Ciri Hewan yang Terinfeksi Rabies?
Beberapa hewan yang sudah terinfeksi virus rabies akan mengalami reaksi berbeda. Ada dua tipe reaksi hewan terhadap virus mematikan ini.
1. Tipe Gila
Pada tipe gila, hewan begitu sensitif tidak seperti biasanya seperti sensitif terhadap cahaya. Kemudian, pupil mata akan membengkak, mudah terprovokasi atau marah, kehilangan rasa takut, menyerang hewan, manusia, dan apapun yang ada di sekitarnya. Lebih parahnya, hewan rabies biasanya memakan barang-barang yang bukan tipe makanan seperti kaleng atau kawat serta kewaspadaan hewan rabies tersebut akan meningkat. Jika tidak diatasi, hewan kemungkinan besar terancam inkoordinasi saraf hingga paralisis sebelum kehilangan nyawa.
2. Tipe Diam
Hewan rabies yang diam biasanya mengalami stroke layaknya manusia. Biasanya dapat dilihat dari kekakuan rahang bagian bawah, mulut menganga, produksi air liur berlebihan, dan tidak bisa menelan. Tipe ini, tidak menunjukkan gejala gila atau galak, dan sangat jarang untuk menggigit. Gejala berlanjut ke paralisis seluruh tubuh, koma, dan meninggal beberapa jam kemudian.
ALFI MUNA SYARIFAH