Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Berat Badan Anak Turun Drastis, Waspadai Risiko Diabetes

Orang tua diminta selalu waspada apabila anak mengalami penurunan berat badan drastis karena berisiko terkena diabetes.

12 Januari 2024 | 20.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis anak konsultan endokrin Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, Ghaisani Fadiana, meminta orang tua selalu waspada apabila anak mengalami penurunan berat badan drastis karena berisiko terkena diabetes.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Pada kondisi diabetes melitus tipe 1 tubuh berusaha mencari alternatif untuk menghasilkan energi, salah satunya dengan memecah cadangan lemak. Kalau lemak terpaksa dipecah akan terlihat sekali turunnya berat badan sehingga anak terlihat kurus," kata Ghaisani, Jumat, 12 Januari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menjelaskan pada kondisi diabetes, tubuh tidak dapat menghasilkan insulin sehingga gula darah tidak bisa dipakai oleh jaringan untuk menghasilkan energi dan membuat tubuh mencari alternatif menghasilkan tenaga dengan memecah jaringan otot atau lemak.

"Berat badan turun akan sangat jelas terlihat pada anak-anak dan remaja karena masih dalam fase pertumbuhan. Jadi, salah satu yang harus terus kita pantau adalah berat dan tinggi badan anak mulai dari lahir," ujarnya.

Ia menyebutkan dokter juga selalu mengedukasi orang tua untuk memperhatikan alur di kurva pertumbuhan anak. "Begitu ada penurunan, itu salah satu tanda waspada, perlu dicari penyebabnya apa. Bisa jadi salah satunya diabetes melitus, selain gejala klasik lain yang muncul seperti banyak buang air kecil, cepat haus, dan cepat lapar," tuturnya.

Ia juga mengatakan sebagian besar diabetes tipe 1 pada anak tidak terdiagnosis dari awal tetapi sudah menjadi komplikasi. "Yang sering terjadi, anak sudah datang dalam kondisi yang berat, misalnya sesak napas, kadang-kadang nyeri perut, mual, dan muntah. Itu pun saat didiagnosis seringkali terlewat," tuturnya. "Jadi nyeri perut, mual atau muntah dikaitkan dengan gastroentritis atau infeksi saluran cerna, sesak napas sering dipikirkan pneumonia atau radang paru. Jadi, seringkali terlewat, begitu dicek gula darah sudah tinggi di atas 500." 

Perlunya skrining pada anak
Ia menekankan pentingnya skrining diabetes sejak usia anak atau remaja mengingat penyakit tersebut saat ini sudah mulai banyak ditemukan pada anak di usia 0-18 tahun. "Kalau ada riwayat diabetes di keluarga itu juga harus lebih hati-hati, perlu skrining. Untuk remaja, skrining bisa dilakukan di usia 10 tahun atau saat sudah mengalami pubertas. Pada anak perempuan saat mulai ada pertumbuhan payudara dan pada anak laki-laki saat mulai ada penambahan volume testis," ucapnya.

Skrining diabetes anak umumnya sama dengan usia dewasa, bisa dengan pemeriksaan gula darah sewaktu atau dua jam setelah makan, atau pemeriksaan HbA1c. HbA1c adalah kadar sel darah merah atau hemoglobin yang bereaksi dengan gula. Pada kondisi normal, proporsi atau persentasenya ada di angka 5-7 persen.

"Semakin tinggi gula dalam tubuh semakin banyak pula hemoglobin yang bereaksi dengan glukosa, semakin tinggi nilai HbA1c. HbA1c ini bisa menggambarkan rata-rata gula kita 8-12 minggu terakhir karena seiring usia sel darah merah," papar Ghaisani.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus