Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mati batang otak terjadi ketika seseorang tidak lagi memiliki fungsi batang otak dan kehilangan potensi kesadaran dan kemampuan bernapas secara permanen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketika hal tersebut terjadi, ventilator menjaga jantung orang tersebut tetap berdetak dan oksigen bersirkulasi melalui aliran darahnya. Seseorang dipastikan mati otak ketika fungsi batang otaknya hilang secara permanen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apa Itu Mati Batang Otak?
Dikutip dari National Health Service, batang otak adalah bagian bawah otak yang terhubung ke sumsum tulang belakang (bagian dari sistem saraf pusat di tulang belakang). Batang otak bertanggung jawab mengatur sebagian besar fungsi otomatis tubuh yang penting bagi kehidupan.
Menurut Medico Legal Jurnal, kematian batang otak adalah keadaan ketidakaktifan kompleks yang ditandai dengan hilangnya refleks jalur yang melewati batang otak atau poros otak yang menghubungkan sumsum tulang belakang ke korteks serebral dan otak kecil di mana terjadi apnea, kehilangan gerakan mata dan sensasi nyeri.
Penyebab Mati Batang Otak
Batang otak adalah struktur mirip tangkai yang bertindak sebagai jembatan antara korteks serebral dan otak kecil di atas dan sumsum tulang belakang di bawah.
Fungsi utamanya adalah mengatur laju pernapasan melalui pusat pernapasan, mengontrol pergerakan mata, refleks dan tingkat kesadaran, persepsi nyeri dan pengaturan sistem kardiovaskular.
Karena itu, jika batang otak mati, seluruh fungsinya hilang. Sehingga setelah kematian batang otak, tidak mungkin seseorang tetap sadar. Ada banyak penyebab yang dapat menyebabkan kematian batang otak, penyebab umum di antaranya:
- Trauma pada kepala
- Adanya tumor di otak
- Pendarahan di otak
- Penyumbatan suplai darah ke otak sehingga menyebabkan stroke.
Diagnosis
Diagnosis kematian batang otak melibatkan tiga tahap. Dilansir dari Britannica, tahap pertama yaitu penyebab koma jelas dan harus dipastikan bahwa pasien selalu berada dalam koma apnea dan menggunakan ventilator selama beberapa jam. Pasien menderita kerusakan struktural otak yang tidak dapat diperbaiki.
Kedua, semua kemungkinan penyebab disfungsi batang otak yang reversibel, seperti hipotermia, keracunan obat, atau gangguan metabolisme yang parah, harus disingkirkan. Terakhir, tidak adanya refleks batang otak dan fakta bahwa pasien tidak dapat bernapas, betapapun kuatnya rangsangan, harus dipastikan.