Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Kuliner Papua, Pilih 2 Cara Menyantap Papeda: Versi Bubur atau Bungkus Daun

Kuliner Papua, papeda punya dua versi sesuai suhunya. Ada papeda panas dan papeda dingin. Bentuknya juga berbeda.

12 Oktober 2021 | 11.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Papeda merupakan kuliner khas Papua. Papeda berbahan pati sagu. Ada dua cara menyantap papeda bergantung pada suhunya, yakni papeda panas atau papeda bungkus yang sudah dingin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Papeda panas sepintas mirip bubur. Cara membuatnya, pati sagu diberi perasan air jeruk nipis kemudian disiram dengan air mendidih. Papeda panas dinikmati dengan lauk ikan kuah kuning dan sayur tumisan daun pepaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahan lainnya adalah papeda bungkus. Papeda ini dibungkus menggunakan daun fotofe atau forofe, sejenis daun pisang-pisangan. Pembuatan papeda bungkus dengan mengambil papeda panas secukupnya kemudian dibungkus dengan daun fotofe. Selanjutnya diamkan beberapa saat hingga papeda dingin, baru dapat dinikmati.

Papeda bungkus dinikmati dengan lauk ikan mujair atau ikan louhan goreng. Kuliner Papua berupa papeda bungkus ini juga dapat dinimkati dengan lauk ikan mujair atau ikan louhan asap dengan sayur tumisan daun pepaya atau bunga pepaya.

Masyarakat Papua makan papeda beserta lauk pauknya. Foto: Hari Suroto

Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan, daun fotofe berbentuk seperti daun pisang berukuran kecil. Masyarakat Papua secara turun-temurun menggunakan daun ini untuk membungkus makanan. "Tanaman fotofe biasanya ada di kebun, di sela-sela tanaman umbi-umbian lainnya," kata Hari Suroto.

Pada 2010, Dinas Kehutanan Kabupaten Jayapura melakukan penanaman pohon jati di Kampung Abar, Distrik Ebungfauw, Kabupaten Jayapura, Papua. Bibit tanaman jati ini didatangkan dari Jawa. Sekarang, pohon jati sudah berukuran besar dan masyarakat Kampung Abar membiarkan daunnya jatuh begitu saja.

Kuliner papeda Papua yang sudah dibungkus daun pisang beserta sayur tumis daun pepaya. Foto: Hari Suroto

Melihat bentuk daun jati yang lebar dan banyak, penduduk Kampung Abar kemudian mulai menggunakannya sebagai bungkus papeda. Mereka juga tahu kalau masyarakat suku Jawa umumnya menggunakan daun jati sebagai pembungkus nasi atau tempe.

Pada awalnya, mereka sempat ragu menggunakan daun jati sebagai bungkus papeda karena khawatir mengubah warna dan cita rasanya. Setelah dicoba, ternyata warna dan rasa papeda tetap sama.

Baca juga:
Papeda Termasuk Kuliner Tertua, Tradisi Memasaknya Sudah Ada Sejak Prasejarah

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus