Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Papeda merupakan kuliner khas Papua. Papeda berbahan pati sagu. Ada dua cara menyantap papeda bergantung pada suhunya, yakni papeda panas atau papeda bungkus yang sudah dingin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Papeda panas sepintas mirip bubur. Cara membuatnya, pati sagu diberi perasan air jeruk nipis kemudian disiram dengan air mendidih. Papeda panas dinikmati dengan lauk ikan kuah kuning dan sayur tumisan daun pepaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Olahan lainnya adalah papeda bungkus. Papeda ini dibungkus menggunakan daun fotofe atau forofe, sejenis daun pisang-pisangan. Pembuatan papeda bungkus dengan mengambil papeda panas secukupnya kemudian dibungkus dengan daun fotofe. Selanjutnya diamkan beberapa saat hingga papeda dingin, baru dapat dinikmati.
Papeda bungkus dinikmati dengan lauk ikan mujair atau ikan louhan goreng. Kuliner Papua berupa papeda bungkus ini juga dapat dinimkati dengan lauk ikan mujair atau ikan louhan asap dengan sayur tumisan daun pepaya atau bunga pepaya.
Masyarakat Papua makan papeda beserta lauk pauknya. Foto: Hari Suroto
Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan, daun fotofe berbentuk seperti daun pisang berukuran kecil. Masyarakat Papua secara turun-temurun menggunakan daun ini untuk membungkus makanan. "Tanaman fotofe biasanya ada di kebun, di sela-sela tanaman umbi-umbian lainnya," kata Hari Suroto.
Pada 2010, Dinas Kehutanan Kabupaten Jayapura melakukan penanaman pohon jati di Kampung Abar, Distrik Ebungfauw, Kabupaten Jayapura, Papua. Bibit tanaman jati ini didatangkan dari Jawa. Sekarang, pohon jati sudah berukuran besar dan masyarakat Kampung Abar membiarkan daunnya jatuh begitu saja.
Kuliner papeda Papua yang sudah dibungkus daun pisang beserta sayur tumis daun pepaya. Foto: Hari Suroto
Melihat bentuk daun jati yang lebar dan banyak, penduduk Kampung Abar kemudian mulai menggunakannya sebagai bungkus papeda. Mereka juga tahu kalau masyarakat suku Jawa umumnya menggunakan daun jati sebagai pembungkus nasi atau tempe.
Pada awalnya, mereka sempat ragu menggunakan daun jati sebagai bungkus papeda karena khawatir mengubah warna dan cita rasanya. Setelah dicoba, ternyata warna dan rasa papeda tetap sama.
Baca juga:
Papeda Termasuk Kuliner Tertua, Tradisi Memasaknya Sudah Ada Sejak Prasejarah