Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pakar Ungkap Bahaya Batuk Pertusis yang Tak Diobati

Dokter anak mengatakan pertusis yang tidak segera diobati bisa menyebabkan saluran napas lumpuh sehingga batuk tidak mengeluarkan dahak.

23 Agustus 2024 | 18.57 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Dokter memeriksa pasien anak dengan gejala batuk dan sesak di Poli Batuk dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta, Rabu, 23 Agustus 2023. Angka tersebut meningkat sekitar 50 persen dari biasanya yang hanya berjumlah 30-40 orang. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Batuk yang ditandai sebagai pertusis bukan batuk ringan biasa dan terjadi selama berbulan-bulan atau dikenal batuk 100 hari. Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Anggraini Alam, mengatakan pertusis yang tidak segera diobati bisa menyebabkan saluran napas lumpuh sehingga batuk tidak mengeluarkan dahak karena racun dari bakteri pertusis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bakteri ini punya lima toksin yang bisa menyebabkan saluran napas seperti lumpuh oleh toksin yang dikeluarkan oleh bakteri tersebut sehingga enggak bisa mengeluarkan dahak. Kumannya menetap, bahkan dahaknya banyak dihasilkan tidak bisa keluar,” kata Anggraini dalam diskusi daring, Jumat, 22 Agustus 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gejala yang biasa diderita pada bayi usia di bawah 1 tahun biasanya batuk sampai muka memerah, bahkan dalam kondisi parah bisa menyebabkan napas berhenti, pendarahan di mata, infeksi paru, serta kejang karena tekanan dari batuk yang terus-menerus. Yang disayangkan, dari gejala hingga ditegakkan diagnosis pertusis baru bisa diidentifikasi setelah tiga minggu batuk tidak berhenti, yang membuat kebanyakan penderita sudah memasuki stadium lanjut.

“Kalau ada batuk-batuk begini, demam enggak tinggi, kemungkinan bisa disertai juga dengan pilek. Paling bahaya kalau batuk berlama-lama dan biasanya di antara batuk dengan batuk bisa ada muntah, kemudian tentunya yang sakit seperti ini langsung sudah telat,” jelasnya.

Tiga tahap pertusis
Anggraini menjelaskan setidaknya ada tiga tahap perkembangan pertusis, yakni tahap satu seperti batuk pilek biasa yang seringkali tidak diwaspadai, lalu masuk ke stadium dua di mana batuk sudah semakin parah hingga berbulan-bulan disertai muntah, dan tahap penyembuhan yang biasanya juga berlangsung lama.

Pada stadium dua, gejala pada anak biasanya terdiagnosis sebagai TBC atau alergi dan bisa membuat paru-paru menjadi berkembang tidak semestinya. Batuk hebat juga dapat menyebabkan tulang patah, turun bero jika memiliki riwayat hernia, dan anak jadi kurang gizi.

“Kemudian kita bisa mendapatkan anak yang tidak mau makan, tidak mau minum, jadinya kurang gizi, perdarahan otak, kekurangan oksigen, bisa mengalami kejang-kejang kerusakan otak, dan kematian bisa terjadi,” paparnya.

Anggraini mengatakan penanganan terbaik pada pertusis adalah segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan obat mengurangi racun bakteri pertusis, yang digunakan untuk menekan penularan dan mengatasi batuk. Ia juga mengingatkan untuk banyak minum air. Selain itu, segera lakukan pemeriksaan lebih lanjut jika anak mengalami batuk yang tidak kunjung sembuh untuk menegakkan diagnosis secara lebih dini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus