Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kanker rektum adalah salah satu jenis kanker yang menyerang saluran pencernaan bagian bawah dan sering kali menimbulkan kekhawatiran bagi penderitanya, terutama terkait kemungkinan kehilangan fungsi anus. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi kedokteran, kini ada solusi inovatif yang memungkinkan pasien dengan kanker rektum tetap mempertahankan anusnya. Dokter Spesialis Bedah Digestif Bethsaida Hospital Gading Serpong Eko Priatno menjelaskan teknik bedah penanganan kanker rektum tanpa membuang anus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Eko menjelaskan ada beberapa variasi gejala kanker rektum. "Mulai dari perubahan pola buang air besar, adanya darah pada tinja, rasa nyeri atau ketidaknyamanan pada area perut bawah, hingga penurunan berat badan tanpa sebab jelas," katanya dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 14 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyebab kanker rektum tidak selalu diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor risiko meliputi riwayat keluarga, pola makan rendah serat tinggi lemak, obesitas, kurang aktivitas fisik, serta kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol.
Eko menambahkan perkembangan teknik imaging, seperti MRI dan Endorectal Ultrasound, memungkinkan dokter untuk memetakan secara tepat lokasi dan penyebaran tumor pada rektum. Teknik ini sangat membantu dalam menentukan keterlibatan tumor terhadap otot di dasar panggul dan otot sfingter ani yang berperan penting dalam fungsi anus. "Dengan informasi yang lebih akurat dari hasil imaging, tim dokter dapat merencanakan operasi yang lebih presisi dan aman," katanya.
Eko menambahkan bahwa teknologi imaging modern menjadi kunci dalam menilai dan menangani kanker rektum dengan lebih baik. "Ini memberi kami peluang untuk mempertahankan fungsi anus pada pasien dengan cara yang sebelumnya sulit dilakukan. Melalui teknik seperti Intersphincteric Resection, kami bisa mengangkat bagian rektum yang terkena kanker tanpa mengorbankan fungsi anus pasien,” katanya.
Salah satu metode yang kini banyak diterapkan, termasuk di Bethsaida Hospital adalah intersphincteric resection, sebuah teknik bedah canggih yang memungkinkan pengangkatan sebagian rektum yang terlibat kanker tanpa menghilangkan seluruh anus. Dalam prosedur ini, bagian rektum yang terkena kanker dipotong dengan hati-hati dan minimal invasif, menjaga otot sfingter ani tetap utuh sehingga pasien masih bisa mengontrol fungsi buang air besar secara normal setelah operasi dan mengontrol buang air besar.
Proses ini adalah salah satu tindakan bedah digestif yang membutuhkan ketelitian dan keahlian khusus. Direktur Bethsaida Hospital Pitono mengatakan timnya menyediakan fasilitas dan teknologi canggih untuk diagnosis dan pengobatan berbagai penyakit saluran pencernaan, termasuk kanker rektum. Ia berharap inovasi bidang pengobatan kanker rektum, memberikan harapan baru bagi pasien untuk pulih tanpa kehilangan kualitas hidupnya.