Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dalam upaya menanggulangi kanker, Hari Kanker Sedunia diperingati setiap 4 Februari sejak tahun 2000 untuk mengampanyekan upaya peningkatan kualitas hidup pasien kanker serta investasi berkelanjutan untuk penelitian, pencegahan, dan pengobatan. Peringatan Hari Kanker Sedunia 2023 mengusung tema menutup semua kesenjangan dalam penanggulangan kanker.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kementerian Kesehatan sendiri telah meningkatkan program deteksi dini kanker untuk menekan risiko kematian akibat penyakit tersebut. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu, mengatakan risiko kematian akibat kanker bisa ditekan dengan pemeriksaan secara berkala untuk deteksi dini kanker.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Maxi mengatakan pelaksanaan pemeriksaan berkala untuk deteksi kanker bisa menekan 30-40 persen risiko kematian akibat kanker. Ia juga menyatakan kanker payudara dan kanker serviks merupakan jenis yang banyak terjadi di Indonesia. Menurut data pemerintah pada 2020, ada 65.858 kasus kanker payudara dan 36.633 kanker serviks.
Untuk menekan kematian akibat kanker, Kementerian Kesehatan menjalankan program deteksi dini kanker serviks menggunakan metode inspeksi visual asam asetat atau IVA pada perempuan berusia 30-50 tahun atau yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Pemeriksaan menggunakan metode IVA dapat dilakukan setahun sekali untuk melihat kemungkinan tanda-tanda kanker pada leher rahim atau serviks.
Selain itu, pap smear bisa dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks sejak dini. Tes ini bisa dilakukan tiga tahun sekali hingga usia 65 tahun. Kementerian Kesehatan tahun ini menguji penerapan metode deteksi kanker serviks melalui pemeriksaan HPV DNA, yakni prosedur untuk mendeteksi infeksi human papilloma virus atau HPV.
"Metode terbaru ini bisa menggunakan PCR yang kami miliki. Bulan ini kami uji coba di DKI Jakarta," jelas Maxi.
Pemeriksaan sendiri
Sedangkan untuk deteksi dini kanker payudara, pemerintah mengampanyekan pelaksanaan pemeriksaan rutin secara mandiri menggunakan metode periksa payudara sendiri atau Sadari setiap bulan. Sadari dilakukan dengan meraba dan melihat perubahan spesifik pada bagian payudara, seperti adanya benjolan, penebalan kulit, perubahan ukuran payudara, hingga pembengkakan lengan atas.
Di samping itu, kanker payudara dapat dideteksi dini dengan menjalani pemeriksaan menggunakan alat ultrasonografi (USG) minimal satu tahun sekali atau mamografi, pemeriksaan radiologi untuk melihat adanya kelainan yang mengarah pada kanker di area payudara. Layanan pemeriksaan USG sudah tersedia di puskesmas sedangkan mamografi bisa diakses di rumah sakit.
Upaya deteksi dini kanker sangat penting mengingat penanganan penyakit dengan risiko kematian tinggi tersebut membutuhkan biaya besar. Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan 2020 menunjukkan penanganan pasien kanker menghabiskan biaya hingga Rp 3,5 triliun.
"Selain masalah biaya, kanker juga jadi masalah dampak sosial. Banyak pasien menjual hartanya untuk menanggung biaya," kata Maxi.
Baca juga: Deretan Makanan yang Dapat Mencegah Kanker