Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Banyak jenis sindrom metabolik, dapat berupa hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung koroner, dan obesitas. Peneliti Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sudikno, mengatakan kontrol pola makan dan olahraga dapat mengurangi risiko sindrom metabolik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Untuk mengurangi risiko sindrom metabolik, masyarakat harus menjalankan pola hidup sehat, mengontrol pola makan, dan olahraga," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu faktor risiko sindrom metabolik adalah meningkatnya massa lemak dan distribusi lemak dalam tubuh. Sudikno menuturkan setiap individu diharapkan memperhatikan asupan gizi dan mengonsumsi makanan yang bernutrisi dengan memperbanyak konsumsi buah dan sayur.
Ubah perilaku makan
Untuk menunjang aktivitas fisik, pemerintah dapat menyediakan sarana umum yang memadai, yaitu pedestrian, tata kota yang baik, ruang hijau, dan penerapan aturan pembatasan kandungan garam, gula, dan lemak untuk makanan di restoran.
Selain mengatur pola makan, peneliti Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN, Nazarina, mengatakan masyarakat juga perlu mengubah perilaku makan. Perilaku makan yang benar harus dibentuk sedini mungkin. Perilaku makan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, di antaranya pendidikan gizi, fisiologi dan pengalaman makan, determinasi pribadi, lingkungan, fisik eksternal, psikologis, biologis, obesitas, dan tidur.
Ia menuturkan waktu tidur sangat mempengaruhi perilaku makan karena semakin sedikit waktunya peluang makan akan semakin besar. Berbeda apabila tidurnya mencukupi maka keinginan makan pun menurun karena dipengaruhi hormon melatonin.