Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Olahraga biasanya dilakukan pada pagi atau sore hari. Sebagian orang memilih olahraga di pagi hari supaya segar dan semangat. Sementara yang lain memilih olahraga di sore hari sekaligus menutup aktivitas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terlepas memilih olahraga pagi atau sore, sejatinya ada waktu olahraga yang dapat menunjang kualitas tidur seseorang. Mengutip Healthline, para peneliti di Universitas Concordia, Kanada, melakukan riset yang berhubungan dengan efek olahraga dengan intensitas tinggi terhadap kualitas tidur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para peneliti menemukan bahwa olahraga dengan intensitas tinggi dua jam atau lebih sebelum tidur dapat membantu meningkatkan kualitas tidur. Artinya, beri jeda istirahat setelah olahraga dan sebelum tidur. dengan begitu, orang tersebut akan tidur lebih cepat dan lama.
Sebaliknya, hati-hati dengan olahraga menjelang tidur. Olahraga sebelum tidur justru berdampak negatif bagi kesehatan. Aktivitas yang mepet ini meengakibatkan seseorang membutuhkan waktu lebih lama untuk tidur dan tidur dalam durasi yang lebih singkat.
Untuk mendapatkan kesimpulan tadi, para peneliti dari Universitas Concordia melakukan tinjauan literatur yang berhubungan dengan topik ini di enam database ilmiah utama. Mereka mengidentifikasi 15 percobaan yang melibatkan 194 orang. Para peserta berusia 18 sampai 50 tahun, dalam keadaan sehat, dan dapat tidur nyenyak
Setiap studi menggunakan pengukuran objektif dan subjektif. Pengukuran objektif melalui polisomnografi atau pemeriksaan untuk mendiagnosis ada tidaknya gangguan tidur pada seseorang. Dalam tes ini, peneliti merekam gelombang otak, kadar oksigen dalam darah, denyut jantung, frekuensi pernapasan, serta pergerakan kaki dan mata.
Sementara pengukuran subjektif berarti peserta menilai bagaimana olahraga intensitas tinggi mempengaruhi tidur mereka. Tim kemudian menganalisis data dan salah satu temuannya adalah bagaimana waktu olahraga mempengaruhi tidur.
Ketika olahraga berakhir setidaknya dua jam sebelum tidur, maka orang akan tertidur lebih cepat dan tidur lebih lama. Kondisi ini terutama berlaku bagi mereka yang lebih banyak duduk. Namun apabila waktu jeda antara olahraga dengan tidur kurang dari dua jam, maka yang terjadi sebaliknya. Mereka butuh waktu lama untuk tidur dan durasi tidur lebih singkat.
Para peneliti juga menemukan olahraga selama 30 hingga 60 menit meningkatkan onset atau waktu terlelap dan durasi tidur. Salah satu jenis olahraga yang paling disarankan adalah bersepeda. Dan olahraga dengan intensitas tinggi, kapan pun dilakukan, akan menurunkan rapid eye movement (REM) atau fase akhir tidur yakni bermimpi.
Profesor bidang olahraga dan ilmu olahraga dari Wayne State University's College of Education, Tamara Hew-Butler mengatakan, olahraga dengan intensitas tinggi mengakibatkan respons sistem saraf simpatik yang kuat atau dikenal dengan respons melawan atau lari. Ini adalah respons yang alami karena tubuh berusaha mempertahankan diri dari "tantangan" tingginya intensitas olahraga. Tandanya adalah detak jantung, tekanan darah, dan pernapasan, kian memburu.
Jadi, orang yang selesai berolahraga dengan intensitas tinggi, maka tubuhnya akan terjaga dulu dalam beberapa waktu. Bukan lantas capek lalu ingin istirahat atau tidur. Sebab itu, ahli gizi dengan spesialisasi nutrisi olahraga dan juru bicara Academy of Nutrition and Dietetics, Yasi Ansari mengatakan, olahraga dengan intensitas tinggi sebelum tidur malah akan mengganggu tidur.
Yasi Ansari menyarankan setiap orang menyesuaikan kebiasaan olahraga dengan kondisi tubuh masing-masing. "Ketahui kapan, jenis olahraga apa, berapa lama durasi olahraga, dan berapa lama jeda waktu antara olahraga dengan tidur yang cocok untuk tubuhmu," kata Ansari.
Baca juga:
7 Perubahan dalam Rutinitas Harian untuk Meningkatkan Metabolisme