Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Bangkai Lumba-Lumba Seberat 1 Ton Ditemukan Terdampar di Singkil

Warga desa Gosong Telaga, Singkil Utara, menemukan ikan lumba-lumba dalam keadaan mati dan terdampar di perairan Pantai Seragihan

16 Juli 2018 | 17.52 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan wilayah Kalimantan Timur-Kalimantan Utara melakukan autopsi terhadap bangkai Pesut, mamalia laut jenis lumba-lumba irawady di kawasan Pantai Klandasan, Balikpapan, 2 April 2018. Pesut yang ditemukan mati terdampar di pantai tersebut, diduga keracunan tumpahan minyak yang saat ini telah menutupi sebagian besar Perairan Balikpapan. ANTARA/Sheravim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Singkil - Warga desa Gosong Telaga, Singkil Utara, menemukan ikan lumba-lumba dalam keadaan mati dan terdampar di perairan Pantai Seragihan, Kecamatan Singkil Utara, Kabupaten Aceh Singkil, pada Ahad, 15/7.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resor Konservasi wilayah 18 Aceh Singkil, Sutikno mengatakan lumba-lumba hitam tersebut sudah membusuk dan panjangnya 4 meter. “Diperkirakan beratnya satu ton,” kata dia di Singkil, Senin, 16/7.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menyampaikan lumba-lumba termasuk hewan yang dilindungi sehingga hal ini mendapat perhatian khusus. Menurut perkiraannya, lumba-lumba tersebut mati 10 hari yang lalu. Belum bisa ditentukan apa jenis kelamin mamalia laut itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada bagian tubuh lumba-lumba itu ditemukan tanda-tanda luka fisik, seperti cakaran. Diperkirakan ia mati karena bertarung dengan hewan lainnya. Jadi ia terdampar dalam keadaan sudah mati. “Melihat kondisi bangkai sudah sangat bau dan melunak," katanya.

Setelah ada peninjauan diputuskan bangkai itu dibiarkan membusuk secara ekologi (musnah secara rantai makanan). Jadi akan dibiarkan dimakan biawak, burung, atau hewan lainnya.

Lagipula, posisi terdamparnya bangkai itu jauh dari pemukiman warga, sehingga tidak mengganggu lingkungan sosial.  Lokasi bangkai itu sekitar 10 kilometer dari kampong terdekat.

Dan untuk sampai ke lokasi itu harus berjalan kaki atau motor. “Karena kendaraan roda empat sukar melintasi (jalan)," kata Sutikno.

Warga yang menemukan bangkai itu sebelumnya menduga ikan tersebut dari jenis paus. Namun setelah ditinjau pihak BKSDA, ternyata lumba-lumba.

ANTARA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus