Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Baru di Madiun: Ada Taman Monumen Lokomotif, Intip Sejarahnya

Taman Monumen Lokomotif C2606 ini nantinya juga sebagai sarana edukasi masyarakat tentang sejarah perkeretaapian di Indonesia.

8 Januari 2019 | 07.30 WIB

Kepala PT KAI Daerah Operasi 7 Madiun Heri Siswanto (kiri) melihat Lokomotif buatan Jerman yang dioperasikan pada masa penjajahan Belanda usai meresmikan Taman Monumen Lokomotif C2606 di Madiun, Jawa Timur, Senin (7/1/2019). (ANTARA FOTO)
material-symbols:fullscreenPerbesar
Kepala PT KAI Daerah Operasi 7 Madiun Heri Siswanto (kiri) melihat Lokomotif buatan Jerman yang dioperasikan pada masa penjajahan Belanda usai meresmikan Taman Monumen Lokomotif C2606 di Madiun, Jawa Timur, Senin (7/1/2019). (ANTARA FOTO)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Selain sebagai taman bermain, Taman Monumen Lokomotif C2606 ini nantinya juga sebagai sarana edukasi masyarakat tentang sejarah perkeretaapian di Indonesia, terutama bagi warga Kota Madiun.

Baca juga: Suvenir Unik, Miniatur Lokomotif dari Limbah Sungai Cikapundung

Demikian disebutkan Kepala PT KAI Daop 7 Madiun Heri Siswanto, saat meresmikan Taman Monumen Lokomotif C2606, tempat baru untuk berkumpul sambil menikmati sejarah perkeretaapian, pada Senin 7 Januari 2019.

Taman di dekat Jalan Perlintasan Langsung Nomor 138 itu dibangun karena warga Kota Madiun, terlebih yang tinggal di sekitar lintasan kereta api dan stasiun, senang berkumpul di sana pada sore hari.

Warga sering membawa anak-anak untuk bermain sambil melihat kereta api yang lewat di area perlintasan langsung, padahal menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian daerah sekitar perlintasan tertutup untuk umum.

"Diharapkan dengan dibuatnya taman tersebut, aktivitas warga untuk bermain bisa terakomodir. Sehingga warga aman dan perjalanan kereta api juga lancar," kata Heri.

Lokomotif C2606 adalah lokomotif uap buatan Pabrik Henschel, Jerman, yang digunakan pada masa penjajahan Belanda.

Memiliki berat 21 ton dan susunan gandar 0-6-0T, lokomotif tersebut dapat dioperasikan menggunakan bahan bakar kayu jati atau batu bara, dan bisa melaju dengan kecepatan 25 kilometer per jam.

Baca juga: Libur Akhir Tahun di Gunung Wilis Madiun, Ini 3 Keseruannya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus