Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kemarau di Yogyakarta bukanlah musim yang bersahabat. Panas dan terik bisa menyengat kulit. Tapi, persoalan menyejukkan tubuh di saat kemarau, provinsi itu menawarkan Kulon Progo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Kabupaten itu, tepatnya di Dusun Banyunganti, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo terdapat ekowisata Taman Sungai Mudal. Destinasi wisata yang mulai beroperasi pada 2015, bisa dijangkau dalam waktu sejam dari Kota Yogyakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Taman Sungai Mudal berada di lereng Perbukitan Menoreh. Begitu memasuki kawasan bukit itu, wisatawan bisa merasakan asupan oksigen yang berlimpah. Khususnya saat pagi hingga siang hari.
“Pengembangan kawasan ekowisata Sungai Mudal ini sepenuhnya masih dilakukan oleh masyarakat lokal sejak 2015 sampai sekarang,” ujar salah satu pengelola ekowisata Taman Sungai Mudal, Aris Eko saat ditemui 18 Agustus 2020 lalu.
Ekowisata Sungai Mudal menjadi lokasi favorit wisatawan yang menyukai berlibur di kawasan dataran tinggi dan menawarkan suasana adem. Terlebih tarif masuknya tergolong murah hanya Rp15.000 per kepala. Ekowisata Sungai Mudal hanya salah satu dari spot unggulan Desa Jatimulyo Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo.
Di Sungai Mudal, wisatawan bisa menemukan tiga kolam yang airnya terus mengalir. Kolam-kolam itu diperuntukkan untuk anak-anak dan dewasa.
Sebab Desa Jatimulyo yang berjuluk Desa Seribu Kedung itu punya banyak telaga alam nan indah. Tak kurang 11 telaga alam atau kedung yang dikelola warga sekitar sebagai destinasi wisata. Karena sumber airnya berasal dari perbukitan, maka air di spot-spot itu terasa sangat segar dan cukup dingin.
Telaga alam di Desa Jatimulyo yang terkenal selain Ekowisata Sungai Mudal, ada juga air terjun Grojogan Sewu, Kedung Pedut, Air Terjun Kembang Soka, Curug Setawing, Watu Blencong, dan Gunung Lanang. Wisatawan bisa bermain air sepuasnya di telaga alami yang telah ditata pengelola setempat.
Hanya saja, di musim kemarau ini, beberapa telaga juga air terjun di kawasan itu sedang mengering. Yang masih ada airnya dan bisa dinikmati wisatawan salah satunya Ekowisata Sungai Mudal yang sumber airnya berasal dari Tebing Gunung Kelir -- yang menjadi batas wilayah Kulon Progo, Yogyakarta dengan Purworejo, Jawa Tengah itu.
“Setelah mulai beroperasi lagi pertengahan bulan Juli lalu, wisatawan sebenarnya juga sudah mulai kembali berkunjung ke sini walau jumlahnya masih sangat terbatas,” ujar Aris.
Namun, ujar Aris, pihaknya tak mempermasalahkan kunjungan yang dalam sehari tak sampai 100 orang itu. Karena pengelola juga masih menerapkan protokol pencegahan penularan Covid-19. Salah satunya dengan meminimalkan kerumunan.
“Yang penting sudah ada kunjungan dulu, perlahan nanti kunjungan kembali ramai saat pandemi ini berakhir,” ujar Aris.
Gerbang masuk Taman Sungai Mudal, biasanya ramai oleh pedagang. Namun destinasi wisata masih belum boleh dibuka sepenuhnya, sehingga pedagang masih sepi. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Aris bersyukur, di masa pandemi ini bantuan terus mengalir ketika pengelola menutup kunjungan. Aris menuturkan pandemi ini tak hanya membuat destinasi wisata itu tutup dan pemasukan jadi nol. Para warga sekitar yang membuka usaha di kawasan itu juga ikut tutup dan kehilangan pendapatan.
“Kami baru beroperasi kembali ketika memang sudah benar-benar mendapat rekomendasi dari pemerintah. Dominasi kunjungan saat ini masih wisatawan lokal,” ujarnya.
Tak hanya soal wisata air atau obyek yang menawarkan suasana kesejukan. Alternatif wisata lain yang masih bisa dijangkau di Desa Jatimulyo selain Sungai Mudal ada juga wisata susur goa di Goa Kiskendo atau Goa Sumitro yang dikenal memiliki karakteristik bebatuan unik, tempat mengamati burung, dan outbond.
PRIBADI WICAKSONO