Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Aktivitas wisata tak selalu menggunakan sarana transportasi khusus, seperti bus, kereta wisata, atau repot mencarter kendaraan. Pemerintah Kota Jakarta Pusat mulai menerapkan model wisata baru yang tak pake ribet, yakni jalan kaki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jakarta Pusat, Sonti Pangaribuan mengatakan wisata dengan berjalan kaki atau disebut "walking tour" ini memungkinkan pelancong lebih menikmati setiap objek wisata yang dilaluinya. Pada Jumat, 11 Oktober 2019, Sonti bersama Wali Kota Jakarta Pusat, Bayu Meghantara, melakukan walking tour dari Sarinah ke All Seasons Hotel Thamrin Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam perjalanan sekitar 1,8 kilometer itu, mereka mencoba jalur pedestrian dan berbagai fasilitas penunjangnya, seperti tempat menyeberang jalan atau pelican crossing dan tempat duduk di trotoar untuk rehat sejenak. Sonto menjelaskan walking tour lebih ringkas karena biasanya dilakukan dalam kelompok kecil dengan satu orang pemandu wisata atau pendamping.
Di Jakarta, Sonti menambahkan, belum banyak orang yang melakukan aktivitas walking tour. Selama ini, wisata dengan berjalan kaki, biasanya dilakukan oleh komunitas tertentu, seperti penggemar sepeda kuno, pecinta sejarah dan bangunan lama, atau komunitas fotografi.
"Kami melihat peluang itu. Pemerintah harus berperan sebagai kolaborator dan masyarakat sebagai kooperator," kata Sonti. Ada enam rute walking tour yang disiapkan pemerintah. Pertama, dari Skyscraper yang dimulai dari gedung Sapta Pesona, Jalan Sabang, Djakarta Theatre, hingga All Seasons Hotel); kedua, rute City Center dari Museum Nasional dan berakhir di Jakarta’s Cathedral.
Pejalan kaki sedang melintasi trotoar di Jalan Sudirman, Jakarta, Selasa, 31 Juli 2018. Tempo/Francisca Christy Rosana
Ketiga, rute Pasar Baru mulai dari Stasiun Juanda hingga Museum Antara; keempat rute Diversity yang dimulai dari Masjid Isqlal, Vihara Dharma Jaya, dan berakhir di Gereja PNIEL; kelima, rute Weltevreden mulai dari Masjid Istiqlal dan berakhir di Monumen Pembebasan Irian Barat; dan keenam rute Menteng Prominent Residences dimulai dari Taman Suropati hingga Masjid Cut Meutia.
Jarak tempuh setiap rutenya sekitar 2 sampai 3 kilometer. Dengan waktu tempuh sekitar 30 menit, wisatawan akan diajak mengunjungi sekitar 8 sampai 9 tempat wisata bersejarah seperti monumen, kawasan kuliner, taman kota, beberapa tempat ibadah, hingga museum
"Selama berjalan kaki, wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan pedagang kecil," kata Sonti. "Jika mereka membelanjakan uangnya ke pedagang kecil, tentu ini membantu pendapatan masyarakat sekitar."