Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pariwisata Banyuwangi memiliki agenda Festival Gandrung Sewu, yang mementaskan seribu penari. Festival Gandrung Sewu adalah pertunjukan tari kolosal yang diadakan setiap tahun, pada Oktober, menurut situs web Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertunjukan tari itu berlangsung di Pantai Marina Boom Banyuwangi. Tetapi, situasi pandemi virus corona (Covid-19) menyebabkan harus ada protokol kesehatan untuk festival itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Festival Gandrung Sewu untuk merias segala itu massal. Sekarang kami harus melatih (perias) agar lipstik tidak bisa lagi dipakai ramai-ramai," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dalam seminar daring bertema 'Sosialisasi Kebijakan dan Simulasi Protokol Kesehatan', Rabu, 8 Juli 2020.
Menurut dia, hal itu cukup menjadi kendala. Anas menjelaskan, satu orang perias bisa mendandani 25 orang penari. "Bayangkan untuk 1.000 orang penari itu. Nah, dengan lipstik dan blush on sekarang harus satu-satu," ujarnya.
Ihwal praktik, kata Anas, situasi tersebut memang bukan hal mudah. Sebab itu penyuluhan pun harus rutin, termasuk penyediaan kebutuhan riasan. Alat pelindung diri pun juga dibutuhkan penari, yaitu masker dan penutup wajah (face shield), "Praktik bagaimana menyelesaikan event (acara) massal ini? Jujur, ini ternyata bukan mudah," ucapnya.
Ia menambahkan, penyuluhan pun dilakukan ke setiap sanggar tari. "New normal (normal baru) ini bisa dipraktikkan perlu ada langkah-langkah di lapangan," katanya.
Saat di sanggar pun penari berlatih memakai pelindung wajah. Cara itu menjadi kebiasaan baru, tanpa harus mengurangi keindahan. Anas mengatakan saat pementasan pun penari juga memakai pelindung wajah
"Praktiknya ini memang butuh agak detail. Kalau tidak jangan-jangan nanti penontonnya enggak berani, karena dianggap tidak secure (terjamin keamanan)," ujarnya.