Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pekan Kebudayaan Nasional akan diadakan di Istora Senayan, Jakarta, pada 7-13 Oktober 2019. Acara yang dihelat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu akan menghadirkan empat permainan rakyat: gobak sodor, terompah panjang, egrang, dan lari balok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami ingin menonjolkan permainan rakyat ini, karena di beberapa tempat bahkan anak-anak enggak pernah lihat," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid, Jumat, 13 September 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hilmar menjelaskan, tujuan permainan rakyat itu bukan kompetisi. Meski mengandung unsur hiburan, namun inti utamanya adalah interaksi dalam kebersamaan. Menurut Hilmar, gobak sodor dalam Pekan Kebudayaan Nasional, nantinya juga dimainkan oleh pejabat kepemerintahan.
"Untuk melihat kembali interaksi sosial yang selama ini hilang karena terlalu formal, orientasi agenda dan capaian-capaian," ujarnya.
Para peserta di antaranya dari berbagai kementerian, lembaga, sekolah, dan masyarakat umum. Pesertanya pun juga dari 15 provinsi, "Memang lokasi acaranya di Jakarta, tapi pesertanya dari berbagai daerah," katanya.
Pekan Kebudayaan Nasional itu adalah kali pertama diadakan dengan mengusung tema 'Ruang Bersama Indonesia Bahagia'. Tema tersebut mengacu stanza kedua lagu Indonesia Raya yang berbunyi “Marilah kita Mendo'a, Indonesia Bahagia."
"Ini hasil rumusan kongres, jadi bukan ide (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) yang tiba-tiba," tuturnya.
Ribuan peserta berjalan menggunakan egrang saat pawai egrang pemecahan rekor dunia di Kemayoran, Jakarta, Sabtu, 08 Oktober 2016. Rekor tesebut gagal diraih karena peserta yang gugur menempuh jarak 100 meter lebih dari 10 persen. Tempo/Dian Triyuli Handoko
Pekan Kebudayaan Nasional adalah agenda strategi pemajuan kebudayaan dalam Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) 2018. Hilmar menjelaskan bahwa ruang keragaman ekspresi dan interaksi untuk memperkuat kebudayaan yang inklusif.
"Polanya akan seperti itu, merajut kebersamaan nilai-nilai dasar dalam masyarakat," katanya.