Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Museum Bahari yang terletak di Pasar Ikan, Jakarta Utara ini merupakan salah satu Kawasan bersejarah di Indonesia, pasalnya pada zaman pemerintahan kolonial tempat ini merupakan tempat penyimpanan rempah-rempah oleh VOC. Tak hanya itu, mengutip dari Mitramuseumjakarta.org, pada tahun 1942 hingga tahun 1945 gedung ini digunakan sebagai gudang logistik tentara Jepang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di dekat Museum Bahari juga terdapat Menara Syahbandar, di mana tempat ini berkaitan dengan gudang rempah-rempah di mana menara ini berfungsi untuk melihat lalu lintas kapal yang datang. Di Menara Shaybandar sendiri terdapat display mengenai Mercusuar, dan alat-alat navigasi perkapalan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Firman Faturohman yang merupakan Staf Edukasi Museum Bahari yang merupakan penggiat sejarah mengatakan alasan mengapa VOC memilih tempat ini sebagai gudang penyimpanan rempah-rempah. “Tempat ini dipilih sebagai tempat penyimpanan rempah oleh VOC karena strategis, ombak yang tidak terlalu besar, dekat dengan pelabuhan, serta daerah Hinterland untuk memenuhi kebutuhan orang Belanda yang tinggal di sini.”
Tak hanya pengunjung lokal, Museum Bahari juga dikunjungi oleh para turis luar negeri, terutama asal Belanda. Firman Faturohman mengatakan bahwa semenjak pandemi pengunjung museum semakin berkurang “Sebelum pandemi cukup ramai karena ada kunjungan 2 minggu sekali dari sekolah-sekolah. Selain itu orang luar negeri terutama dari Belanda banyak berkunjung kesini untuk berwisata,” kata Firman saat diwawancarai oleh Tempo.co 21 Desember 2020.
Di dekat Museum Bahari dan Menara Syahbandar juga terdapat Galangan VOC yang dulunya merupakan bengkel untuk kapal-kapal VOC. “Menara Syahbandar, Museum Bahari, dan Galangan VOC masih satu kesatuan lingkungan Sunda Kelapa. Dulunya Galangan VOC untuk membetulkan kapal-kapal VOC,” kata dia.
Di Museum Bahari sendiri banyak ikon yang menarik perhatian pengunjung, yaitu lukisan Malahayati serta beberapa barang peninggalan dari Pinisi Nusantara yang berlayar dari Jakarta ke Vancouver, dan biota laut yaitu dugong yang sayangnya ikut terbakar pada saat kebakaran Museum Bahari pada 2018.
“Tempat ini dipilih sebagai tempat penyimpanan rempah oleh VOC karena strategis, ombak yang tidak terlalu besar, dekat dengan pelabuhan, serta daerah Hinterland untuk memenuhi kebutuhan orang Belanda yang tinggal di sini.”
Semenjak pandemi Covid-19, Museum Bahari membatasi pengunjung yang datang langsung. Namun untuk tetap hadir bersama masyarakat, Museum Bahari mengadakan virtual tour menggunakan zoom meeting atau IG talk karena dibatasinya pengunjung yang datang secara langsung.
VALMAI ALZENA KARLA
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.