Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebagian besar wisatawan mungkin hanya kenal dengan candi-candi besar seperti Prambanan dan Ratu Boko saat menyambangi Yogyakarta. Padahal, Yogyakarta merupakan surga dari puluhan candi kuno baik yang bercorak Hindu maupun Buddha.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk mem-branding keberadaan candi-candi yang masih kurang dikenal itu, Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mulai Juni ini bertepatan Hari Purbakala pada 14 Juni, menggelar event Dolan Candi. Event itu dikemas dalam Festival Jogja Tempo Doeloe pada 10-11 Juni yang berlokasi di area Candi Kalasan, Sleman Yogyakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Candi Kalasan termasuk salah satu candi tertua dan tercantik di Pulau Jawa," kata Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi.
Penyelenggaraan festival di Candi Kalasan ini mengeksplorasi sebuah pesan yang tertera dalam Prasasti Kalasan berangka 778 Masehi. Dalam prasasti itu disebut Candi Kalasan merupakan candi yang dibuat Raja Tejapurnama Penangkarana atau Rakai Panangkaran untuk persembahan dan memuja Dewi Tara.
Rakai Panangkaran merupakan trah Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu yang melangsungkan pernikahan dengan Dyah Pramodya Wardhani dari Wangsa Syailendra yang beragama Buddha. "Festival ini coba mengangkat peninggalan arkeologi dan sejarah korelasi Hindu -Buddha dari kisah candi itu," kata Dian.
Dian mengatakan Candi Kalasan dipilih juga karena menjadi salah satu dari sekian bantmyaj candi di Yogyakarta yang berlokasi atau berada di dekat permukiman warga. "Cukup banyak bangunan candi berada di lingkungan sekitar warga, tetapi nilai-nilai pentingnya belum dipresentasikan secara mudah, menyenangkan dan mampu memberikan kesejahteraan masyarakat," kata dia.
Kesejahteraan masyarakat yang dimaksud, menurut Dian, tidak semata dimaknai secara materiil namun juga immateriil. "Bagaimana ketika tinggal didekat candi itu misalnya masyarakat merasa senang, nyaman, percaya diri berada pada kawasan penting pada masa lalu," ujarnya.
Festival yang disambangi lebih dari 1.000 pengunjung per hari itu diisi antara lain dengan pagelaran wayang kulit lakon Joko Pengalasan dengan dalang Ki Aneng Kiswantoro. Selain itu, ada kegiatan mengasyikan lainnya, yaitu Jogja Heritage Track atau berkeliling candi candi sekitar Kalasan dengan bus khusus dengan dua trip per hari. Meliputi Candi Kalasan, Candi Sambisari, Candi Kedulan dan Candi Sari.
Kemudian ada pula Pameran Pemugaran yang diampu Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X dan Bazaar Candi yang diikuti setidaknya 28 UMKM. Selain itu, ada Talkshow bertajuk Mengungkap Mitos, Sejarah dan Pelestarian di Candi Kalasan serta pertunjukkan musik dan tari, permainan interaktif serta lomba mewarnai anak.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman Ishadi Zayid menuturkan keberadaan candi-candi di Sleman masih menjadi daya pikat utama kunjungan wisata melalui penyelenggaraan event di dalamnya."M "Salah satunya lewat penyelenggaraan event Sleman Temple Run yang rutenya melintasi candi-candi, yang tiap tahunnya diikuti peserta berbagai negara," kata dia.
Sleman Temple Run 2023 sendiri bakal digelar November mendatang. Yang melintasi Candi Banyunibo, Candi Ijo, Candi Miri, Spot Riyadi, Candi Sojiwan, Candi Ratu Boko, dan Candi Barong.
Pilihan Editor: Menjelang Waisak Mengenal Candi Buddha di Jawa Tengah dari Candi Borobudur hingga Candi Plaosan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.