Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta mewanti-wanti masyarakat dan wisatawan agar waspada akan berbagai dampak yang ditimbulkan hujan disertai angin kencang yang belakangan nyaris mewarnai kota itu setiap hari. Salah satu dampak potensi bencana paling disorot tak lain pohon tumbang. Pohon tumbang yang banyak terjadi di kabupaten-kabupaten Daerah Istimewa Yogyakarta belakangan memicu berbagai kerusakan fasilitas umum dan milik warga hingga korban luka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Di wilayah perkotaan Yogyakarta ini ada kurang lebih 20-an ribu pohon yang tersebar yang perlu dimonitor karena hujan kian intens," kata Kepala Bidang Ruang Terbuka Hijau Publik DLH Kota Yogyakarta Rina Aryati Nugraha, Ahad, 24 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jenis pohon peneduh paling banyak seperti pohon angsana dan tanjung. Selain itu ada juga pohon asam jawa, sawo, tabebuya, waru, dan beberapa jenis beringin.
Waspada Pohon Waru
Meski ada banyak ragam pohon peneduh itu, Rina menuturkan ada satu pohon yang perlu diwaspadai masyarakat dan wisatawan selama di Yogyakarta, yakni pohon waru (Hibiscus tiliaceus). Pohon waru menjadi perhatian serius karena dinilai memiliki beberapa karakteristik yang cukup riskan. Itu sebabnya, setiap musim penghujan menjadi prioritas utama saat pemangkasan dan pemeliharaan.
"Pohon Waru cukup banyak di berbagai titik Kota Yogyakarta, kriteria fisik pohon ini mudah patah, terutama pada cabang dan rantingnya yang lebih rapuh," kata dia.
Rina mengatakan, memasuki musim hujan ini, terdapat 13 titik vegetasi taman kota yang menjadi prioritas untuk pemangkasan, seperti vegetasi dekat kawasan Stasiun Lempuyangan, Jalan Hayam Wuruk, dan Jalan Veteran yang menjadi akses masuk Kebun Binatang Gembira Loka sisi barat. Pemangkasan itu dilakukan untuk mengurangi potensi bahaya bagi pengguna jalan, termasuk wisatawan yang sedang melancong ke Yogyakarta.
"Pohon-pohon yang kondisinya melebihi batas aman akan kami tangani, dengan pohon waru menjadi prioritas utama," ujar Rina.
Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi
Adapun Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DI Yogyakarta Noviar Rahmad menuturkan, Pemerintah DIY telah memperpanjang status siaga darurat bencana hidrometeorologi yang berlaku mulai 24 November 2024 hingga 2 Januari 2025. Keputusan ini diambil setelah menerima peringatan dini dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait tingginya curah hujan yang diprediksi akan berlangsung hingga Februari 2025.
"Siaga darurat hidrometeorologi ini meliputi hujan disertai angin kencang, longsor, juga banjir," kata dia.
Selama masa siaga darurat ditetapkan pada periode pertama yakni 23 Oktober hingga 23 November 2024, BPBD DI Yogyakarta telah mencatat terjadi sejumlah peristiwa bencana di lima kabupaten/kota. Bencana itu antara lain tanah longsor, rumah roboh akibat angin kencang, dan bangunan ambruk karena tertimpa pohon tumbang. Bencana itu antara lain sekitar 200 lebih pohon tumbang di berbagai titik juga sekitar 150 rumah warga roboh. Saat ini, BPBD DI Yogyakarta juga mulai membentuk Posko Siaga Darurat di tingkat provinsi hingga kelurahan untuk menghadapi potensi bencana hidrometeorologi.