Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Persoalan sampah menumpuk belum kunjung selesai di Kota Yogyakarta menjelang akhir pekan ini. Menumpuknya sampah di tiga kabupaten/kota Yogyakarta itu sudah berlangsung sejak Minggu 23 Juli lalu pasca Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Regional Piyungan ditutup karena overload.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hingga Kamis 27 Juli 2023, tumpukan sampah itu tambah meluas di beberapa titik yang biasanya dilalui atau jadi tempat aktivitas wisata. Salah satunya, di dekat area Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tumpukan sampah tak terangkut nampak berserakan di ujung jembatan sisi timur Gembira Loka. Sampah yang dibungkus plastik itu tampak sengaja dibuang di area yang sekilas seperti lahan kosong pinggir jalan.
"Sudah tiga hari terakhir ini lewat daerah itu pas berangkat-pulang kerja, tambah banyak sepertinya," kata Agung Atmaja, 37 tahun, seorang pekerja asal Gunungkidul yang kesehariannya bekerja di Kota Yogyakarta. Dia pun dapat mencium aroma busuk sampah saat melintasi jembatan itu dengan sepeda motor.
Tumpukan sampah tampak pula di sekitar area kuliner dan parkir sisi barat Stadion Kridosono. Para pengunjung yang hendak sarapan atau makan siang di area itu pun harus mencium bau busuk menyengat akibat tumpukan sampah itu. "Baunya busuk sekali, seperti bangkai, menyengat," kata Mariati, 42, pengunjung area kuliner Stadion Kridosono itu.
Aktivis Forum Pemantau Independen (Forpi) Kota Yogyakarta Baharuddin Kamba mengatakan tumpukan sampah pekan ini terus bermunculan di jalanan pusat Kota Yogyakarta dan mengganggu pemandangan. "Warga mulai cuek dan tak segan lagi membuang sampah sembarangan di jalanan karena depo depo ditutup," kata Kamba.
Untuk menangani sampah, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan akan segera membuka kembali TPA Piyungan secara terbatas pada Jumat 28 Juli 2023. "TPA Piyungan akan dibuka kembali secara terbatas Jumat," kata Sultan.
Maksud pembukaan terbatas TPA Piyungan itu, belum bisa beroperasi penuh sehingga jumlah sampah yang diterima dibatasi hanya 200 ton sampah per hari. Atau kurang dari setengah rata-rata kiriman sampah dari wilayah Yogyakarta, Sleman, dan Bantul yang mencapai 700 ton per hari.
Sultan juga memerintahkan Pemerintah Kabupaten Sleman untuk membuka Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Tamanmartani Kecamatan Kalasan, Sleman sebagai tempat pembuangan sementara selama TPA Piyungan ditutup. Lokasi Tamanmartani Sleman ini untuk menggantikan alternatif lahan buangan sampah yang semula akan ditempatkan di lereng Gunung Merapi, Cangkringan Sleman.
PRIBADI WICAKSONO
Pilihan editor: Yogya Darurat Sampah, Sultan HB X Minta Warga Tak Cemari Sungai