Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wisatawan yang berkunjung ke Wamena, Papua, akan mendapati pemandangan unik berupa mobil-mobil yang terbengkalai di pinggir jalan. Mobil itu sudah tak terpakai dan dibiarkan begitu saja oleh pemiliknya. Patut dipahami, pemilik mobil juga serba salah mau melakukan apa terhadap mobil tersebut. Ongkos perbaikannya begitu mahal, dijual pun tidak ada yang mau, kecuali mungkin kolektor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wamena merupakan ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Papua. Dari sisi geografis, letaknya di Lembah Baliem, pegunungan Papua dengan ketinggian 1.650 meter dari permukaan laut. Wamena memiliki sebuah bandara yang selalu sibuk, baik oleh pesawat penumpang maupun pesawat kargo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pesawat menjadi satu-satunya akses transportasi dari dan ke Wamena. Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan, Wamena menjadi daerah penghubung beberapa kabupaten di pegunungan Papua. Adapun transportasi darat di Wamena berupa mobil, truk, sepeda motor, dan becak. "Semuanya diangkut dari Jayapura atau Timika dengan menggunakan pesawat kargo atau helikopter," kata Hari Suroto kepada Tempo, Jumat 26 Februari 2021.
Mengenai rongsokan kendaraan berupa mobil atau sepeda motor di Wamena, Papua, Hari Suroto mengatakan, pemandangan itu lazim terlihat di jalanan, garasi, halaman, kebun, sampai tempat pembuangan akhir sampah. "Masyarakat Papua suka produk otomotif yang baru. Biasanya mereka akan membeli kendaraan baru dan kendaraan yang lama akan disimpan di garasi atau halaman rumah," ucapnya.
Rongsokan mobil di tempat pembuangaan akhir sampah ujung landasan Bandara Wamena, Papua. Foto: Hari Suroto
Tentu harga kendaraan di Wamena lebih mahal ketimbang Jayapura. Namun bagi masyarakat Lembah Baliem, harga mahal itu tak soal. "Yang penting barangnya ada," ucap Hari Suroto. Apabila kendaraan mengalami rusak berat dan tak dapat diperbaiki lagi, dia mengatakan, masyarakat umumnya akan membiarkan kendaraan begitu saja hingga menjadi rongsokan.
Dari hitung-hitungan ekonomi, Hari Suroto melanjutkan, pengepul besi tua atau pemulung pun akan berpikir ulang jika ingin mengangkut besi rongsokan mobil atau sepeda motor itu. Sebabnya itu tadi, masuk dan keluar Wamena hanya dapat dilakukan lewat jalur udara. Dan mengangkut besi tua dengan pesawat kargo tentu harus menghitung harga pengiriman per kilogram yang cukup mahal.
"Kalau kolektor mungkin suka karena mudah menemukan kendaraan model lama di sini," kata Hari yang juga dosen arkeologi Universitas Cenderawasih, itu. "Tapi harus merogoh kocek dalam untuk mengangkutnya dengan pesawat, belum ongkos reparasi kendaraan itu sendiri."
Wisatawan yang ingin memotret rongsokan mobil dan sepeda motor di Wamena juga tak bisa asal jepret. Mereka harus berhati-hati karena banyak babi berkeliaran yang mengais makanan di mana saja. Seperti kita ketahui, masyarakat Papua menilai babi sebagai binatang peliharaan yang berharga. Memotret babi tanpa izin apalagi menabrak babi akan memicu persoalan.