SARNAWI yakin bayinya itu laki-laki. ''Selamat, anak Adik laki-laki,'' kata Bidan Sumirah Ajeng, yang menangani persalinannya. Sarnawi sempat melihat kelamin bayinya memang laki-laki. Dan didorong rasa bahagia setelah lima tahun menikah baru dapat anak, dan laki-laki pula ibu kelahiran Madura ini menghadiahkan Rp 10.000 kepada Sumirah. Namun, bayi yang lahir di Rumah Sakit Umum Ulin, Banjarmasin, Selasa dua pekan lalu itu dianggap kurang normal. Keinginan Sarnawi untuk menyusui bayinya ditolak perawat. Besoknya, bayi itu baru dibawa pulang ke rumah kontrakannya di Kampung Gedung. Begitu melihat kelamin bayi itu perempuan, Sarnawi kaget. Pantas, suaminya, Muhlik, yang minta izin mengazankan bayinya, ditolak. ''Melihat dari kaca pun tidak boleh,'' kata penarik becak itu. Padahal, di surat kelahiran yang ditandatangani Dokter Suharto, disebutkan bayi itu lelaki. Sarnawi menduga bayi lelaki Khairunnisa, yang lahir sejam lebih dulu, adalah bayinya yang sengaja ditukar. Dan sore itu juga, bersama tetangganya, Sarnawi dan Muhlik ke RS Ulin menyerahkan bayi perempuan itu. Bayi itu diterima pihak rumah sakit. Menurut Siswanto, Wakil Direktur RSU Ulin, anak Sarnawi adalah perempuan. Kenapa di surat kelahiran disebut laki-laki? ''Itu kesalahan administrasi. Bidan tidak mengecek jenis kelamin bayi itu,'' katanya. Selesai menyerahkan bayi tadi ke rumah sakit, mereka mengadu ke polisi. Menurut Letnan Satu Anton Wahono, Kepala Satuan Reserse Polresta Banjarmasin, pihak RSU Ulin telah melakukan kesalahan administratif, dan keliru menyerahkan bayi itu. ''Bahkan, ada indikasi sengaja menukar bayi Khairunnisa dengan bayi Sarnawi,'' katanya kepada Almin Hatta dari TEMPO. Dalam persalinan Sarnawi, Sumirah dibantu tiga perawat praktek. Kemudian bidan itu menanyakan jenis kelamin sang bayi kepada perawat praktek Sadimeiweni. Ia menjawab laki-laki. Sekali lagi Sumirah bertanya, dan dijawab sama. Jenis kelamin laki-laki itulah yang dicatat agar diteken Dokter Suharto. Sadimeiweni mengatakan kepada polisi bahwa bayi Khairunnisa perempuan, dan bayi Sarnawi laki-laki. Sumirah, yang telah menjadi bidan selama 24 tahun, tidak memperhatikan kelamin dua bayi tadi. ''Begitu mereka lahir, langsung saya serahkan ke siswa perawat,'' katanya. Sementara itu, petugas di ruang perawatan bayi melihat lain. Bayi Sarnawi adalah perempuan. Karena itu, ia memberi gelang merah, sama dengan gelang yang diberikan kepada Sarnawi. Senin pekan lalu, sesepuh kerukunan warga Madura sudah melobi keluarga Sarnawi agar bayi itu diterima kembali oleh Sarnawi. Dua hari kemudian, dilakukan acara pemberian nama dengan menyembelih seekor kambing. Bayi itu dinamai Rabiatul Adawiyah. Dari pihak RSU Ulin, Muhlik menerima bantuan Rp 510.000. Sarnawi menganggap bayi itu sebagai titipan. ''Saya menunggu pemeriksaan polisi, sebelum bayiku itu dikembalikan padaku,'' katanya. Polisi tetap mengusutnya karena kasus ini termasuk kejahatan terhadap asal-usul seperti diatur dalam Pasal 277 KUHP. Lain lagi Khairunnisa. Ia mencak-mencak karena dituding menukarkan bayinya. ''Tidak masuk akal. Anak saya yang pertama dan kedua sudah sepasang. Dan bayi yang lahir itu ada bukti surat kelahirannya dari Dokter Suharto yang menyebutnya adalah laki-laki,'' katanya. Ia akan tetap mempertahankan darah dagingnya. ''Disumpah dengan Quran pun saya siap, apalagi kalau dites darah,'' katanya. WY
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini