Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bareskrim Polri membongkar operasi jaringan narkoba internasional yang dikendalikan oleh seseorang bernama Fredy Pratama. Fredy yang disebut sebagai Escobar Indonesia ini mengingatkan publik pada gembong narkoba Freddy Budiman yang dieksekusi mati pada 29 Juli 2016.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Tempo, Kepala Bareskrim Polri Komisaris Jenderal Polisi Wahyu Widada menyatakan mereka telah membentuk tim khusus untuk mengungkap jaringan Fredy sejak 2020. Tim khusus yang dibentuk sejak Mei 2023 itu menggelar operasi dengan nama Escobar Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Polri telah memburu jaringan Fredy Pratama ini sejak 2020 sampai 2023. Total ada 408 laporan polisi yang diungkap dengan jumlah tersangka sebanyak 884 orang. Sedangkan 39 tersangka yang ditangkap dalam operasi Escobar Indonesia dimulai dari periode Mei 2023," kata Wahyu di Mabes Polri, Selasa, 12 September 2023.
Adapun Escobar merupakan panggilan dari gembong narkoba asal Kolombia Pablo Emilio Escobar Gaviria. Dia adalah raja narkoba yang mendirikan Kartel Medellin yang beroperasi pada era 1980 hingga 1990-an di Amerika Selatan. Escobar disebut sebagai otak dari penyelundupan dan perdagangan kokain terbesar di Amerika Serikat.
Meskipun menjadi gembong narkoba, Escobar dicintai oleh sebagian masyarakat Kolombia. Pasalnya, Escobar dikenal juga sebagai seorang dermawan yang membantu rakyat miskin di daerah tempat dia tinggal. Escobar bahkan sempat mendapatkan julukan sebagai Robin Hood. Escobar tewas dalam sebuah peristiwa baku tembak di Kolombia pada 1993.
Wahyu menyatakan Polri juga melakukan kerja sama penyidikan dengan Kepolisian Kerajaan Thailand, Kepolisian Kerajaan Malaysia, dan didukung pula polisi khusus narkoba Amerika Serikat, DEA.
Selain menangkap kaki tangan Fredy, tim itu juga berhasil menyita aset para tersangka yang nilainya ditaksir mencapai Rp 10,5 triliun. Kendati telah menyita aset sebesar itu, Polri hingga kini belum meringkus Fredy lantaran masih buron.
Di sisi lain, pengungkapan jaringan Fredy mengingatkan publik mengenai sosok gembong narkoba Freddy Budiman yang dieksekusi mati pada 29 Juli 2016. Berikut kilas balik mengenai sosok Freddy Budiman:
Selanjutnya: Awal terjun di dunia kejahatan
Awal terjun di dunia kejahatan
Berdasarkan catatan Tempo, Freddy Budiman lahir di Surabaya dan memulai terjun di dunia kejahatan sebagai seorang pencopet. Ia kemudian merantau ke Jakarta dan terlibat dalam kasus narkoba pertamanya pada 1997. Pada 2009, Freddy kembali ditangkap karena menyimpan 500 gram sabu-sabu dan divonis hukuman penjara.
Meski telah mendapatkan vonis penjara, Freddy tidak kapok dan kembali terlibat dalam peredaran narkoba. Pada 2011, ia ditangkap kembali karena memiliki ratusan gram sabu-sabu dan bahan pembuat ekstasi.
Vonis mati atas kasus ekstasi
Pada 2012, setelah melalui proses persidangan yang panjang dan bukti yang cukup kuat, Pengadilan Negeri Jakarta Barat memvonis hukuman mati Freddy karena terlibat dalam kasus impor 1,4 juta butir pil ekstasi dari Tiongkok.
Aksi nekat ini dilakukan ketika Freddy masih berada dalam penjara. Pil ekstasi ini dibungkus dalam kemasan teh dan diperkirakan bernilai miliaran rupiah.
Produksi sabu di dalam penjara
Salah satu hal yang mengejutkan dalam kasus Freddy Budiman adalah kemampuannya untuk terus mengendalikan operasi narkoba bahkan ketika berada di dalam penjara.
Meski ajalnya sudah di depan mata, Freddy tidak berhenti dari aktivitas kriminalnya. Pada 2013, ia membuat pabrik sabu di dalam Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Cipinang. Bisnis ini mampu menghasilkan dua kilogram sabu siap edar setiap kali produksi.
Eksekusi mati
Pada 29 Juli 2016, Freddy Budiman dieksekusi di Nusakambangan, Jawa Tengah. Ia merupakan satu dari empat orang yang dieksekusi mati terkait kasus narkotika. Tiga orang lainnya adalah warga negara asing.
Kematian dan pemakaman
Setelah dieksekusi mati, jenazah Freddy Budiman dimakamkan di kampung asalnya di Surabaya, Jawa Timur, sesuai dengan keinginannya beberapa hari sebelum eksekusi.
Sosok Freddy Budiman memang menggemparkan dunia kejahatan di Indonesia. Selain menjadi bandar sabu dan pengedar narkotika, dia juga sempat membuat heboh karena berpacaran dengan model majalah dewasa Anggita Sari dan Vanny Rossyane, yang diduga juga terlibat dalam kasus penggunaan narkoba.
MUHAMMAD RAFI AZHARI | TEMPO
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.