Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Kasus Main Hakim Sendiri di Sukolilo Pati, Menteri Muhadjir: Jangan Gampang Beri Stigma

Merespon maraknya sentimen negatif pada masyarakat di Sukolilo Pati, Menko PMK Muhadjir Effendy angkat bicara.

13 Juni 2024 | 06.46 WIB

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin, 10 Juni 2024, usai rapat persiapan perayaan HUT ke-79 RI di IKN. TEMPO/Daniel A. fajri
Perbesar
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin, 10 Juni 2024, usai rapat persiapan perayaan HUT ke-79 RI di IKN. TEMPO/Daniel A. fajri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah belakangan menjadi sorotan di media sosial setelah terjadi kasus pengeroyokan bos rental mobil hingga tewas di wilayah itu. Viralnya pemberitaan itu memunculkan stigma negatif di media sosial kepada masyarakat di Kabupaten Pati, terutama Kecamatan Sukolilo sebagai sarang penadah motor dan mobil curian hingga tudingan sumber daya manusia (SDM) rendah di kawasan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Merespon maraknya sentimen negatif pada masyarakat di Sukolilo Pati itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy angkat bicara. Dia meminta masyarakat tak gampang memberikan stigma negatif pada suatu kelompok masyarakat di suatu daerah secara generalisir ketika ada sebuah peristiwa terjadi. Sebab, stigmatisasi itu bisa berdampak buruk di masa mendatang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Jangan gampang memberikan stigma kepada orang maupun kepada masyarakat kepada entitas tertentu," kata Muhadjir di Yogyakarta, Rabu ,12 Juni 2024.

Muhadjir menuturkan, sebuah peristiwa tidak serta mewakili atau menggambarkan kondisi sosial masyarakat di suatu daerah secara keseluruhan. Ia pun meminta masyarakat, terutama pengguna media sosial bersikap lebih  bijaksana dan berhati hati terhadap informasi yang disebarkan.

"Saya termasuk yang kurang setuju (stigmatisasi) seperti itu, mudah memberikan stigma seperti kampung penadah atau apalah," kata Muhadjir. "Kalau (stigmatisasi) yang bagus-bagus silahkan, tapi kalau yang negatif mohon dihindari, hal itu tidak menguntungkan dalam situasi seperti ini."

Muhadjir mengatakan, terkait stigamtisasi negatif Sukolilo Pati yang disebut kampung penadah, biarlah menjadi tugas kepolisian mengusutnya apakah Sukolilo memang benar-benar kampung penadah atau bukan. "(Pembuktian Sukolilo kampung penadah) itu wewenang dari pihak Polri," ujarnya.

Muhadjir hanya meminta masyarakat tidak mudah menyebar informasi menyesatkan di media sosial. Sebab, saat ini berbagai hal sangat mudah diviralkan di media sosial.

"Yang penting masyarakat bisa menahan diri, tidak gampang memberikan stigma," kata dia. "Dengan (informasi) gampang viral, sesuatu yang sebetulnya tidak benar seolah olah bisa menjadi benar, ini akibat peranan media sosial yang sekarang sangat besar."

Setelah video pengeroyokan bos rental mobil di Sukolilo, Pati viral di media sosial, sempat mencuat kabar bahwa Desa Sukolilo memang terkenal sebagai desa penadah mobil bodong atau curian. 

Adapun dalam kasus itu, polisi telah menetapkan empat tersangka dalam kasus pengeroyokan bos rental mobil, Burhanis, 52, hingga tewas di Desa Sumbersoko, Kecamatan Sukolilo, Pati pada Kamis, 6 Juni 2024.

Kejadian pengeroyokan ini bermula ketika Burhanis bersama tiga rekannya datang ke desa itu untuk mengambil mobil rentalnya yang tak kunjung dikembalikan oleh penyewa. Nahas, mereka justru dikeroyok warga dan diteriaki maling. Bahkan mobil mereka ikut dibakar.

Ninis Chairunnisa

Ninis Chairunnisa

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus