Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Menguak kematian dokter chang

Polisi australia meringkus dua tersangka penembak dr.victor p. chang , yaitu chiew seng liew,48, dan jimmy tan,39. diduga dr.chan menjadi korban mafia cina. jimmy tan dibebaskan dengan uang jaminan.

27 Juli 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Polisi Australia meringkus dua orang tersangka pembunuh Dokter Chang. Polisi menjaganya ekstraketat karena sebuah sindikat siap membereskannya. MISTERI pembunuhan ahli bedah jantung Dokter Victor P. Chang, 54 tahun, mulai terkuak. Dua hari setelah kasus penembakan dok- ter yang dikenal bertangan dingin itu di Mosman, Sydney, polisi meringkus dua orang tersangka. Sabtu dua pekan lalu, Chiew Seng Liew, 48 tahun, seorang warga negara Malaysia, dibekuk ketika dalam perjalanan ke lapangan udara Melbourne. Dari saku Liew, polisi merampas sebuah tiket tujuan Singapura. Sehari kemudian, polisi juga menangkap seorang warga Malaysia Jimmy Tan, 39 tahun, yang diduga ikut membantu mengamankan Liew, setelah pembunuh itu berhasil membereskan Dokter Chang. Pemilik restoran Cina di pinggiran Melbourne itu ditangkap ketika sedang santai di rumahnya. Seorang tersangka lain, menurut beberapa informan, sudah minggat ke Malaysia. Polisi Australia pun segera meminta bantuan interpol Malaysia. Menurut berita Televisi Australian Broadcasting Commission (ABC), Sabtu malam pekan lalu, anggota sindikat yang berhasil kabur dari Australia itu kabarnya bekas narapidana di negaranya Malaysia. Terbongkarnya kasus pembunuhan tersebut merupakan hasil kerja keras sebuah satuan tugas (task force) yang beranggotakan 35 polisi. Tim itu dibentuk khusus untuk melacak penembak dokter kelahiran Shanghai yang telah menjadi warga negara Australia itu. Begitu dibentuk, tim tersebut segera menebar jaring untuk menjerat pembunuh Chang. Pada saat kejadian, Kamis dua pekan lalu, seorang saksi mata sempat melihat Dokter Chang bertengkar dengan dua orang laki- laki berwajah Asia, berpakaian rapi, di dekat tempat tinggalnya kawasan Mosman. Lalu terdengar suara tembakan. Dokter ahli bedah jantung itu pun roboh, di dekat mobil sport Mercedes Benz miliknya. Dua lelaki yang bertengkar dengannya, menurut saksi tersebut, segera kabur dari perumahan orang kaya di luar Kota Sydney itu, dengan mobil. Polisi yang datang ke tempat kejadian menemukan dua peluru menembus kepala dan tubuh Chang. Semula polisi menduga bahwa para pembunuh Dokter Chang lang- sung kabur meninggalkan Australia. Namun, teori hit and run yang diduga digunakan para penembak itu merupakan salah satu kemungkinan. Kemungkinan lain, menurut polisi, mereka belum sempat meninggalkan Australia. Untuk itulah polisi bersama petugas imigrasi Australia secara ketat mengawasi setiap orang yang meninggalkan Negeri Kanguru itu. Misteri pembunuhan itu mulai menunjukkan titik terang setelah polisi menemukan sebuah dompet di dekat tempat kejadian yang belakangan diketahui milik Liew. Di dalam dompet tersebut ter- simpan sebuah tiket pesawat internasional, beberapa dokumen, dan alamat tersangka di Melbourne. Berkat itu, sebelum Liew sempat meninggalkan Australia polisi sudah meringkusnya. Begitu Liew, yang penganggur itu, tertangkap beredar desas- desus bahwa sindikat di belakangnya siap melenyapkan jiwa bapak empat anak itu. Bahkan, kabarnya, telah tersedia iming-iming 200 ribu dolar Australia bagi yang dapat membunuh Liew. Karena itulah polisi melakukan penjagaan ekstraketat terhadap Liew. Pada Kamis pekan lalu, misalnya, polisi bersenjata leng- kap membuat pagar betis ketika Liew hendak dipindah dari Mel- bourne ke Sydney. Besoknya, saat Liew digiring ke pengadilan untuk mendengar dakwaan secara resmi, polisi pun merahasiakan jalur perjalanannya. Di depan jaksa dan hakim di pengadilan Sydney, Liew, yang telah memotong dan mengganti warna rambutnya itu, mengaku sebagai pemilik dompet yang ditemukan polisi di dekat tempat kejadian. Lelaki yang hanya bisa berbahasa Kanton itu juga mengaku berada di tempat kejadian ketika Dokter Chang terbunuh. Para saksi juga mengaku melihat warga negara Malaysia itu bergabung dalam sebuah mobil yang ditumpangi para penembak. Dalam pelacakan di rumah tempat tinggal Liew, di South Yarra, Melbourne, polisi menemukan dua selongsong peluru kaliber 32, yang menurut tes polisi positif sama dengan peluru yang ditem- bakkan kepada Chang. Polisi juga menemukan mobil yang digunakan para penembak, yang ternyata hasil curian dengan pelat nomor palsu. Tersangka lain, Jimmy Tan, dibebaskan polisi dengan uang jaminan. Tan, menurut tuduhan polisi, ikut menyembunyikan fakta dan membantu pembunuhan itu. Untuk tahanan luarnya, Tan, selain membayar uang jaminan, juga harus menyerahkan paspor dan wajib lapor seminggu tiga kali. Tetangga Jimmy Tan waktu diminta keterangan polisi tak tahu liku-liku pekerjaan tetangganya itu. Yang mereka ketahui, Tan hanya pengusaha restoran. Menurut para tetangga, rumah Tan selalu banyak pengunjung. Tapi siapa mereka, para saksi mengaku tak tahu. Polisi sendiri, tidak seperti biasanya, tak bersedia ber- cerita banyak tentang kasus pembunuhan Dokter Chang tersebut. Apalagi ketika diminta keterangan tentang hubungan pembatalan keberangkatan Victor Chang ke Singapura sehari sebelum penem- bakan itu. Karena itu, muncul dugaan kuat bahwa di belakang kasus pembunuhan Dokter Chang ini terlibat sebuah sindikat yang cukup di-"takuti". Apalagi dalam peristiwa ini hingga kini tak ditemukan motif balas dendam ataupun permusuhan. Dan sejauh ini Chang tak diketahui punya seteru. Salah seorang rekan Chang yang tak mau disebut namanya mengatakan bahwa Chang pernah mengaku diminta mentransplantasi seorang pasiennya dengan jantung yang disuplai dari RRC. Chang terang-terangan menolak karena menduga bahwa jantung tersebut didapatkan dari para terhukum mati. Polisi Australia menduga Dokter Chang, yang dikenal sangat dermawan dan ramah, menjadi korban mafia Cina. Triad, mafia Cina itu, mungkin ingin menarik "uang keamanan" dari dokter kelahiran Shanghai yang tentunya berpenghasilan besar itu. Menurut polisi, triad membutuhkan dana untuk menanggung mahasiswa Cina yang masuk ke Australia secara haram. (TEMPO, 13 Juli 1991). Diduga korban menolak permintaan itu. Akibatnya, ia diek- sekusi. Gatot Triyanto (Jakarta) dan Dewi Anggraini (Melbourne)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus