Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pihak pengelola gedung Glodok Plaza, Angga Aditya belum bisa memastikan berapa nilai kerugian imbas kebakaran yang terjadi pada Rabu malam, 15 Januari 2025. Kebakaran terjadi di lantai 7, 8, dan 9.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sampai saat ini, statement untuk resmi kerugiannya masih belum ada, masih diperhitungkan dari berbagai sisi. Cuma dari holding kami juga sudah ikut menangani untuk menilai berapa sih resminya kerugian yang dialami akibat kejadian ini," kata dia di kawasan Glodok Plaza, Jakarta Barat, pada Ahad, 19 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Biasanya, kata Angga, perputaran uang di Glodok Plaza mencapai ratusan juta per hari. Kini, sudah empat hari plaza tak beroperasi.
"Pastinya sih (perputaran uang) di atas ratusan juta, karena kami punya sampai 650 toko yang semua kegiatan dari lantai LGF sampai lantai 7 ya, jumlahnya segitu," tutur dia.
Angga melanjutkan, beberapa tenan di Glodok Plaza sudah mulai beralih untuk mengurangi kerugian bisnisnya. Misalnya dengan cara berjualan daring atau dari gudang.
Dia menjelaskan, sementara ini para tenan masih belum diperbolehkan masuk ke dalam gedung plaza. "Jadi demi keamanan bersama, saat ini kami coba membatasi untuk melarang tenan-tenan untuk masuk," tuturnya.
Pihak pengelola gedung juga sudah membuka posko informasi tenan selama tiga hari ini. Melalui posko informasi ini, kata Angga, para tenan bisa mendapatkan informasi sejauh mana mereka bisa mengakses toko masing-masing usai kebakaran Glodok Plaza.
"Karena mereka juga harus estimasi, apa saja yang bisa dia selamatkan untuk awal-awal ini. Sampai saat ini kami belum bisa mengizinkan secara resmi tenan-tenan untuk masuk ke dalam, karena lokasi masih cukup berbahaya," kata dia.
Angga menuturkan, prosedur untuk pengelola saat membersihkan puing-puing bekas kebakaran saja sangat ketat. Tim haru menggunakan alat pelindung diri atau APD karena plafon-plafon gedung masih lapuk, basah, dan gampang berjatuhan.
"Jadi kami takut kalau banyak aktivitas justru malah menunda kecepatan investigasi dan uji kelayakan gedung," ujar Angga.