Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kawasan di sekitar Grand Indonesia belakangan tampak steril dari pedagang kaki lima (PKL). Pun hari ini. Di saat hiruk-pikuk kendaraan dan manusia bertemu di dekat pusat perbelanjaan itu senja tadi, tak ada PKL yang menjajakan dagangannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tepat di Jalan Kebun Kacang Raya, sejumlah pedagang tersingkir. Sekitar 100 meter ke barat di depan bangunan bertingkat ini kosong dari pedagang kaki lima. Namun, berbatas sebuah jembatan ada pedagang lain yang masih bebas berdagang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu pedagang di sekitar Grand Indonesia, Mustafa, mengatakan mereka diminta berhenti berjualan karena ada tamu negara. Larangan tidak berdagang dimulai sejak Ahad, Senin, dan Selasa. Bertepatan dengan kunjungan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Politikus senior itu diketahui menginap di Hotel Grand Hyatt
Informasi yang mereka terima, pada Rabu, 11 Januari 2011 para pedagang itu sudah dibolehkan berdagang lagi. "Alasan kemarin ada tamu dari Malaysia. Tamu sudah pulang kemarin," kata Mustafa, 50 tahun, saat ditemui Tempo. Gerobak dagang yang ia punya kini tersimpan di sebuah lahan kosong di seberang jalan yang juga dijadikan tempat parkir
Cerita lain datang dari Cak Andik. Kabar yang didengar pria 30 tahun ini, ada tamu negara yang mampir di Plaza Indonesia. “Disterilkan dulu biar enggak kelihatan kumuh. Katanya nanti tanggal berapa gitu dagang lagi," ucap dia.
Lapak pedagang-pedagang itu kini tersingkir ke tempat tak tertuju. "Semuanya enggak dibolehkan dagang dulu. Katanya enggak boleh selama empat hari," kata Bayu, salah satu sales di Grand Indonesia.
Bayu dan dan satu temannya tampak bersantai di bekas tempat PKL biasa berdagang. Di sisi kiri atau tepat di bagian barat pintu masuk kendaraan di gedung Seibu dijaga dua petugas keamanan.
Menurut informasi yang dia dengar, besok para pedagang dizinkan berjualan. Begitu juga seperti didengar Raihan. "Katanya cuma tiga-empat hari," tutur Raihan.
Isu Pembangunan Skybridge
Penertiban ini kembali dikaitkan pula dengan niat Pemerintah Kota Jakarta Pusat membangun jembatan laying atau Skybridge untuk merelokasi para PKL di sekitar Grand Indonesia.
Mustafa menuturkan ia sudah lama mendengar rencana pembangunan skybridge. “Sudah dari tahun berapa. Sebelum (pandemi) corona kali, ya," ucap dia.
Ketua RW 04 Kebun Kacang, Tanah Abang, Tito mengatakan ia mendengar rencana pembangunan jembatan layang. Namun, ia tak tahu di mana pastinya jembatan tersebut bakal berdiri. "Dari media saya tahu, tapi titiknya di mana saya kurang tahu," ucap dia.
Masih Ada PKL Berjualan
Sekitar seratus meter dari Jalan Kebon Kacang Raya, terdapat sebuah jembatan. Di sisi kiri dan kanan jembatan, dijaga dua orang pria. Seorang bertubuh tambun dan teman lainnya sedang memandu kendaraan di lokasi jembatan itu.
Dua pedagang lain yang masih tetap berdagang itu mengaku mereka tak mendapat informasi larangan berdagang. Mereka juga tidak pernah mendengar rencana pembangunan skybridge untuk merelokasi PKL.
Menurut salah satu pedagang perempuan di situ, tak ada larangan apa pun buat mereka berjualan. "Enggak ada," ucap dia.
Dia menduga para PKL di sini tak dilarang karena keberadaan tenda jualan tidak mengganggu lalu lintas. "Mungkin kalau di depan terganggu. Kalau di sini kita enggak mengganggu lalu lintas," kata Novan Syamsiar, 20 tahun.