Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Polisi mengatakan terduga teroris Eky Yudhistira alias EY belajar membuat serta memodifikasi bom dari media sosial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Selain punya kemampuan elektronik, EY juga memiliki kemampuan reparasi gawai. Dia belajar dari media sosial. Dia juga coba melihat bagaimana bom yang sudah dipraktikkan di Suriah, Irak dan Sri Lanka," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Gedung Mabes Polri, Jakarta, Jumat.
Dedi Prasetyo mengatakan, EY yang merupakan pimpinan Jamaah Ansharut Daulah atau JAD Bekasi, Jawa Barat, berhasil merakit bom dari belajar di media sosial. Hal itu membuat dia semakin terpacu dan termotivasi untuk memperdalam cara membuat bom "triacetone triperoxide" (TATP) atau mother of satan.
Platform media sosial yang digunakan untuk mendalami cara membuat bom oleh EY antara lain Twitter serta platform video Youtube.
Sejauh ini dari belajar sendiri itu, kelompok EY sudah merakit dua bom. Polisi mendalami lebih jauh karena menemukan bahan baku cukup banyak untuk merakit bom.
"Bahan-bahan ini cukup banyak ya, makanya Densus mendalami ini, apakah bahan-bahan sebanyak ini cuma segini atau ada di beberapa tempat, dan apakah bahan ini juga sudah diberikan kepada jaringan-jaringan EY," kata Dedi Prasetyo.
Dalam merakit bom, EY mendanainya dari hasil menjual dan mereparasi gawai serta reparasi alat-alat elektronik.
Setelah menangkap EY dan anggota kelompok teroris lainnya berinisial YM pada Rabu lalu, Densus 88 masih memburu anggota kelompoknya yang lain.
"Densus 88 usaha semaksimal mungkin sebelum tanggal 22 Mei diharapkan dengan upaya-upaya yang telah dilakukan selama ini, tidak ada aksi terorisme," kata dia.