Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Tim Forensik Sebut Peluru yang Bersarang di Punggung Brigadir Yosua Identik dengan Pistol Glock-17

Ahli balistik Puslabfor Polri Arif Sumirat mengatakan peluru yang bersarang di punggung Brigadir Yosua berasal dari pistol Glock-17 Richard Eliezer.

14 Desember 2022 | 17.10 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ekspresi Richard Eliezer usai menunjukan barang bukti pada hakim saat menjalani sidang lanjutan pembunuhan Brigadir Yosua di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa, 13 Desember 2022. Bharada E mengungkapkan pernah diperintah Putri Candrawathi untuk membersihkan barang-barang pribadi Brigadir J untuk menghilangkan sidik jari Ferdy Sambo. TEMPO/ Febri Angga Palguna

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ahli balistik Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri mengatakan anak peluru yang bersarang di punggung Brigadir Nofrinsyah Yosua Hutabarat atau Brigadir Yosua identik dengan peluru yang ditembakkan dari pistol Glock-17 Bharada Richard Eliezer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arif Sumirat, anggota polisi Pemeriksa Madya Puslabfor Ahli Balistik Puslabfor Polri, mengatakan timnya menerima empat proyektil peluru dan dua senjata api dari penyidik Kepolisian Resor Jakarta Selatan. Satu peluru, katanya, berasal dari hasil autopsi, sedangkan tiga lain merupakan temuan dari Polres Jakarta Selatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Hasil autopsi yang diserahkan Polres ada satu anak peluru dan tiga serpihan,” kata Arif saat hadir sebagai saksi ahli di sidang pembunuhan Brigadir Yosua dengan terdakwa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu, 14 Desember 2022.

Arif mengatakan serpihan pertama ditemukan di jaringan otak Yosua. Serpihan berupa jaket peluru dan timbal dengan bentuk yang sangat kecil. Serpihan berikutnya ditemukan dari bagian pipi yang berupa material lead antimony. Serpihan yang ada di jaringan otak dan pipi berkaliber 9 milimeter.

Namun ia mengatakan uji balistik tidak bisa membandingkan serpihan karena ukurannya yang kecil dan tanpa garis kasar galangan atau dataran pada serpihan. 

“Yang bisa kita bandingkan adalah anak peluru yang tertinggal di punggung hasil otopsi. Itu kita bandingkan dan itu identik dengan Glock,” tutur Arif.

Ia mengatakan tim uji balistik menerima dua senjata api jenis Glock-17 dan HS dari Polres Jakarta Selatan. Dua pistol yang ditemukan di TKP tersebut kemudian diuji balistik. 

“Empat peluru yang ditemukan itu tiga dari HS dan satu dari Glock, Yang Mulia,” ujar Arif.

Adapun Glock diperiksa dan dibandingkan adalah Glock bernomor seri 17MPY851 dengan kaliber 9x19 mm. Arif mengatakan setiap senjata memiliki karakteristik seperti halnya sidik jari manusia sehingga bisa diidentifikasi.

“Jadi setiap laras senpi memiliki sidik laras senjata dan tentunya itu beda dengan yg lain,” tutur Arif.

Dalam dakwaan yang dibacakan jaksa pada 17 Oktober lalu, Richard menembakkan pistol Glock-17 MPY851 sebanyak 3-4 kali ke arah depan Yosua yang setengah berlutut sambil mengangkat tangan di ruang tengah lantai satu rumah dinas Ferdy Sambo di Duren Tiga pada 8 Juli. Yosua kemudian jatuh tertelungkup. 

Dalam kondisi masih hidup dan mengerang, Richard dalam kesaksiannya mengatakan Ferdy Sambo, dengan memakai sarung tangan, menghampiri tubuh Yosua dan menembakkan pistol ke arah belakang kepala.

Tarikan pelatuk itu untuk memastikan Yosua tewas. Kemudian, mantan Kepala Divisi Propam Polri itu menembakan pistol HS-9 dengan nomor seri H233001 milik Yosua beberapa kali ke arah dinding atas tangga dan menempelkan pistol itu ke tangan kiri Yosua. Siasat itu untuk mengecoh penyidik.

Eksekusi Yosua berlangsung antara pukul 17.11-17.16 WIB ketika Ferdy Sambo tiba di rumah dinas Kompleks Polri Duren Tiga. Ferdy Sambo memegang leher belakang Yosua dan mendorongnya hingga berada di depan tangga lantai satu.

Yosua berhadapan dengan Ferdy Sambo dan Richard Eliezer, sementara Kuat Ma’ruf berada di belakang Ferdy Sambo dan Ricky Rizal bersiaga apabila Yosua melawan. Kuat Ma’ruf juga menyiapkan pisau yang ia bawa dari Magelang untuk berjaga-jaga apabila Yosua melawan. Adapun Putri Candrawathi berada di kamar lantai satu yang hanya berjarak tiga meter dari posisi Brigadir J.

Eka Yudha Saputra

Eka Yudha Saputra

Alumnus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Bergabung dengan Tempo sejak 2018. Anggota Aliansi Jurnalis Independen ini meliput isu hukum, politik nasional, dan internasional

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus