Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Adu Kuat Kalla-Boediono

7 Mei 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Siapa sebenarnya komandan tim ekonomi Indonesia? Pertanyaan itu kerap dilontarkan belakangan ini. Soalnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla dan timnya terlihat amat terlibat dalam berbagai proses pengambilan keputusan pemerintah di bidang ekonomi, yang di masa lampau biasanya menjadi urusan Menteri Koordinator Perekonomian.

Keterlibatan itu bahkan sampai-sampai memunculkan berbagai benturan. Sang Wakil Presiden dan kelompoknya ingin serba cepat, sementara Menko Perekonomian Boediono dan timnya cenderung berhati-hati. Maklum, Jusuf Kalla adalah saudagar yang menjadi politisi, sedangkan Boediono teknokrat yang menjadi birokrat.

Perbedaan latar belakang ini membuat pertimbangan mereka bertolak belakang. Yang satu senang mengambil risiko dan yang lain gemar meminimalkannya. Seperti dikatakan sendiri oleh Jusuf Kalla, ia bagian menginjak gas dan Boediono menekan rem.

Dilihat dari analogi ini, keduanya jelas diperlukan, tapi tentu harus ada yang mengendalikan penggunaannya. Tugas ini seharusnya berada di pundak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang telah dipilih rakyat untuk mengemudikan arah perjalanan bangsa, setidaknya sampai 2009 nanti.

Bahwa ternyata terdengar banyak gesekan, itu berarti Presiden masih kurang trengginas menjalankan tugasnya. Mudah-mudahan ini hanya karena tahap awal alias masih inrijden dan di masa depan keselarasan dalam penggunaan gas dan rem akan membaik. Tanda-tanda perbaikan memang mulai kelihatan. Sepertinya di antara kedua tim ini telah mulai disepakati sebuah modus vivendi untuk bekerja sama dalam perbedaan sudut pandang. Kita tentu berharap kecenderungan ini terus menguat.

Penguatan itu hanya akan terjadi jika Presiden tetap menjaga keseimbangan kekuatan kedua tim ini agar tak ada yang kemudian terlalu mendominasi. Ini bukan perkara mudah karena secara protokoler kedudukan Wakil Presiden jelas berada di atas Menteri Koordinator. Walhasil, Presiden memang harus selalu memantau jeli kedua tim ini agar kinerja mereka menghasilkan sinergi dan bukan gontok-gontokan. Pertemuan rutin Presiden, Wakil Presiden, dan Menko Perekonomian agaknya memang harus dijadwalkan.

Melalui pertemuan reguler inilah isyarat kuat dapat diberikan kepada para pelaku ekonomi bahwa pemerintah memiliki kebijakan ekonomi yang konsisten dan dapat diandalkan. Perbedaan pandangan tentu tak dinafikan sebagai wacana, tapi tak boleh muncul dalam pelaksanaan kebijakan yang telah diambil.

Menko Boediono dan timnya memiliki kemampuan dan kredibilitas tinggi dalam menjaga kesehatan ekonomi nasional secara makro. Ibarat tim sepak bola, kepiawaian tim Boediono adalah memastikan gawangnya tak kebobolan dan semua lawan berbahaya dikawal ketat. Sebaliknya, tim Jusuf Kalla penuh dengan striker yang jeli melihat peluang dan tangkas dalam menjebol gawang lawan. Bila diletakkan sesuai dengan kemampuan masing-masing, ini tim yang hebat. Tapi, jika terbalik dalam penempatan, kekalahan total yang akan jadi hasil akhirnya.

Maka Presiden Yudhoyono memang harus pandai mengatur agar jangan sampai menaruh pemain di posisi yang tak tepat. Tergantung keadaan, ada saatnya harus menjalankan permainan menyerang dan ada saatnya memperkuat pertahanan.

Keputusan tentang siapa yang diturunkan untuk berlaga di lapangan harus melalui pertimbangan Presiden. Dalam hal ini, Menko Perekonomian tak boleh sungkan untuk mengingatkan Wakil Presiden bahwa keputusan terakhir bukan berada di tangan Jusuf Kalla. Ia memang secara politik berkedudukan lebih tinggi, tapi bukan yang paling menentukan.

Kalla adalah saudagar sukses yang amat berpengalaman, tapi tak semua kiat bisnis dapat diterapkan begitu saja dalam kehidupan kenegaraan. Sebaliknya, Boediono amat piawai menjaga stabilitas ekonomi nasional dan mungkin juga jeli dalam melihat peluang, tapi cenderung terlalu berhati-hati dalam memanfaatkannya.

Kita membutuhkan kedua tokoh ini untuk membantu Presiden Yudhoyono membawa bangsa Indonesia ke tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Cita-cita mulia ini hanya dapat tergapai bila keduanya dapat bekerja sama dan bersinergi. Kewajiban Presiden adalah memastikan kerja sama ini terjadi. Presiden adalah komandan tim ekonomi negeri ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus