Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Api Tersulut di Saudi

Konflik Iran-Arab Saudi setelah eksekusi mati Syekh Nimr Baqr al-Nimr dapat mengancam kaum Syiah di Indonesia. Pemerintah selayaknya antisipatif.

11 Januari 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perselisihan yang mendarah-daging antara Arab Saudi, kerajaan yang dipimpin kaum Islam Sunni, dan Iran, republik yang dipimpin kaum Islam Syiah, sepatutnya tidak dianggap remeh. Konflik meruncing ketika Saudi mengeksekusi ulama Syiah, Syekh Nimr Baqr al-Nimr, pada awal Januari ini. Apalagi Saudi memutus hubungan diplomatiknya dengan Iran, padahal hubungan itu baru kembali dijalin 15 tahun lalu, setelah hampir dua dekade putus.

Secara sepihak Arab Saudi mendakwa Nimr sebagai teroris, penentang kerajaan, penyebar konflik sektarian, dan pemicu kerusuhan. Kerajaan menyebutkan Nimr telah menyusun "jaringan teroris" di kawasan timur Saudi, yang banyak dihuni kaum Syiah, dan menyamakannya dengan ideolog kelompok teroris Al-Qaidah. Tapi, hingga kini, Kerajaan Saudi tak pernah membeberkan bukti-bukti tersebut ke hadapan publik.

Bagi Iran dan para sekutunya, Nimr merupakan tokoh oposisi bagi keluarga Al-Saud, penguasa Arab Saudi, yang kebijakannya sering dikecam kaum Syiah. Ayatullah Sayid Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran, menyebutkan Nimr mati syahid karena tindakan zalim pemerintah Saudi dan menyatakan balasan Allah akan menimpa para politikus Saudi.

Eksekusi Nimr juga memicu aksi protes di berbagai kota. Bahkan dua masjid Sunni dibakar di Hilla, Irak. Tapi pemerintah Irak, yang kini dikuasai kaum Syiah, buru-buru menyebutkan tindakan itu dilakukan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan memperketat keamanan di daerah tersebut. Para pendukung Muqtada al-Sadr, ulama Syiah terkenal di Irak, mengancam akan mengerahkan Tentara Mahdi, milisi Sadr yang secara formal sudah dibubarkan, untuk membalas kematian Nimr—ancaman yang memperkeruh keadaan.

Suasana yang memanas ini akan memicu bentrokan besar-besaran antara kaum Sunni dan Syiah di Timur Tengah bila negara-negara di kawasan itu tak segera menempuh jalan damai. Konflik itu bahkan dapat menyebar hingga ke negara lain, termasuk Indonesia.

Indonesia dihuni mayoritas kaum Sunni. Kalau api di Saudi merembet kemari, kemungkinan pertama yang terjadi adalah serangan terhadap kaum minoritas Syiah. Bahkan, tanpa konflik pecah di Arab pun, kaum Syiah sudah lama tertindas di sini.

Puncak kekerasan terjadi ketika sekelompok orang menyerang dan membakar perkampungan kaum Syiah di Sampang, Madura, pada 26 Agustus 2012. Penyerangan itu mengakibatkan satu orang tewas dan memaksa 320 warga Syiah mengungsi ke Sidoarjo, Jawa Timur. Hingga kini, para pengungsi itu tak dapat pulang ke desanya.

Setelah itu, kekerasan terus mendera kaum Syiah di berbagai kota, seperti ketika mereka hendak merayakan Asyura. Perayaan yang biasa mereka gelar pada 10 Muharam itu kini sering mendapat hambatan. Tahun lalu, perayaan di Makassar dibubarkan sekelompok orang yang menganggap Syiah sebagai aliran sesat. Sejumlah organisasi kemasyarakatan Islam yang tergabung dalam Forum Umat Islam Yogyakarta juga membubarkan kegiatan Asyura bagi komunitas Syiah di Kota Gudeg. Wali Kota Bogor Bima Arya secara resmi melarang perayaan Asyura. Bahkan sejumlah orang mendeklarasikan Aliansi Nasional Anti-Syiah di Kota Bogor pada Oktober 2015.

Hal ini menunjukkan sebagian masyarakat masih menolak keberadaan kaum Syiah dan konflik Iran-Arab Saudi yang kini terjadi dapat menjadi alasan bagi mereka untuk menindas kaum Syiah. Maka pemerintah harus segera mengantisipasi kemungkinan kekerasan menimpa kaum Syiah. Kaum Syiah bukanlah gerakan rahasia. Organisasi, pemimpin, dan tempat tinggal mereka jelas. Polisi dan aparat pemerintah lain harus melindungi mereka, rakyat dan warga resmi republik ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus